Bismillah.
Dua tahun berlalu, dan rindu ini menyeruak. Mengisi setiap sela-sela jemari, sudut-sudut mata, serta relung-relung memori. Selain rindu, ada banyak rasa lain, yang menyesak, bercampur dan menghias perasaanku kepadamu.
Seolah aku digiring untuk mengingatmu, seolah aku dituntun untuk mengenangmu. Satu demi satu kejadian, dua kemudian tiga "kebetulan". Maka malam kemarin, aku mengecap manis mengapa aku masih di sini, dan bukan berada di jauh sana. Aku bersyukur, Allah sedikit melunakkan keras kepalaku. Aku bersyukur, duduk diantara berberapa orang, yang kemudian sama-sama membacakan doa dan surat-surat untukmu.
***
Dua tahun berlalu, dan aku mengerdil, karena baru setelah dua tahun berlalu aku baru bisa mengeja lagi maknamu di hariku. Setiap nasihatmu, setiap kebiasaan yang kau ajarkan padaku, setiap apa yang kau suka, dan apa yang kau tidak suka, setiap.. mungkin tidak semuanya. Tapi hal-hal kecil itu, ingin kuurai di sini. Aku tahu, mengenang tidak mengubah apapun. Tapi semoga dengan menulis ini, aku jadi lebih banyak ingat, bahwa aku perlu banyak mengirim bintang kepadamu, menerangkan bulan di hadapanmu.
Dua tahun berlalu, mengikuti dua puluh dua tahun sebelumnya.
Saat kau bercerita bagaimana mengasuh kakakku, karena aku lahir cuma berselang 13 bulan. Saat kau bercerita, apa yang kakakku suka, kebiasaan yang kulakukan. Saat kau 'marah' karena kami tidak mau makan. Saat kau mengajarkan kami tata cara makan yang baik, mendahulukan yang tua, tidak dipangku, tidak berpindah dari atas ke bawah, tidak mengetuk-ngetuk piring, tidak pula sambil bicara. Saat kau mengajarkan pada kami, bagaimana untuk mandiri, selalu segera mencuci piring setelah makan. Saat kau mengajarkan kepada kami, agar selalu mendengar apa kata orangtua dan tidak menjawal. Saat kau asik berkebun, dan kami sering nakal memetik satu dua daun dan bunga. Saat kau memberi makan ayam, mengambil telur, bahkan mengolahnya. Saat kau membuat puluhan es teh plastik, atau saat kau mengupas bawang dan brambang agar memudahkan ketika hendak memasak. Saat kau mengajarkan kami untuk membersihkan bagian atas dan bawah bibir ketika selesai makan. Saat kau menegurku karena sering 'menuli'. Saat kau memanggilku dengan sapaan "La", bukan "Bell" seperti kebanyakan orang lain. Saat kau menciumi kening, dan kedua pipiku. Saat kau gemas dan menggigit tangan dan kaki sepupuku yang masih bayi. Saat kau jatuh dan berjuang untuk sembuh. Saat kau ditemani tidur, setiap kali aku ke Purwokerto. Saat kau cerita bagaimana masa kecil dan muda ibuku. Saat kau memberikan berbagai hal nasihat yang mungkin aku tidak mengingatnya satu-satu. Saat kau tersenyum, melihat cucumu bermain di lapangan luas, sedangkan kau hanya bisa duduk saja melihat dari jauh. Saat kau yang terbiasa aktif bergerak tiba-tiba harus terpenjara di atas tempat tidur. Saat.. saat ...
***
Dua tahun telah berlalu, aku kini bukan lagi cucu yang manis, bukan cucu yang kau puji karena kebaikanku, bukan lagi cucu yang bisa kau banggakan.
Tapi dua tahun telah berlalu, dan izinkan aku menulis ini. Semoga dua tahun yang berlalu kemarin, bisa terbayar dengan tahun-tahun berikutnya. Izinkan aku belajar lagi menjadi anak yang baik, cucu yang baik, yang shalihah, yang bisa sampai doanya kepadamu.
Maafkan aku. Terimakasih. Izinkan doa-doa untukmu bukan kutulis di sini.
***
Dua tahun berlalu, dan aku merindukanmu, Mbah...
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya