#untukmuukhti
Mungkin akhir-akhir ini aku banyak menulis tentang deskripsi dan nostalgiaku tentang orang lain. Tapi sore ini, saat aku membaca salah satu surat dalam Al Quran, terutama di halaman terakhirnya, aku teringat kamu.
***halaman terakhir QS Al Hujurat |
Hari terakhir acara daurah sebuah unit, kita berjalan kaki jauh, bersama akhawat lain, dan juga peserta daurah lainnya. Salah satu checklist tugas daurah adalah menghafal satu halaman terakhir surat tersebut. Aku belum bisa menghafalnya, dan kamu yang memiliki pengalaman dan jam terbang lebih lama dalam urusan menghafal, membantuku.
Unit tersebut memang mengutamakan tentang dakwah Quran. Mungkin daurah yang kita ikuti saat itu adalah daurah persiapan pejuang quran yang kedua, sebelum akhirnya dibuka pendaftaran bagi yang berminat menjadi pengurus. Sejujur aku lupa, kamu dan aku satu majelis bukan ya? Maafkan aku, Zahra, aku ragu dengan ingatanku. Izinkan aku menyebutmu dengan nama itu ya, karena pernah kamu menggunakan nama pena Fatimah Az Zahra.
Perjalanan lumayan jauh, dan aku selalu tersendat dalam menghafal. Padahal sudah berulangkali melafalkan, selalu saja lupa. Kau biasanya membantuku memberi kode kalau lanjutannya tuh 'ini', atau mengingatkanku arti dari ayatnya, supaya aku bisa ingat. Tapi saat itu, dan mirisnya juga saat ini, kemampuan bahasa arabku sangat minim, jadi tidak banyak membantu. Tapi pengulangan demi pengulangan, berulang kali aku menoleh ke arahmu dan bertanya lagi, membuat satu pengalaman itu tertanam di tempat istimewa memoriku.
***
Zahra, pertemanan yang terjalin diantara kita memang unik menurutku. Meski benar kita satu unit, dan mungkin satu majelis/sektor, beberapa kali satu kepanitiaan, juga satu fakultas, dan beberapa kali setengah lingkaran, kita tidak pernah terbuka tentang kegelisahan atau masalah masing-masing. Sampai suatu saat, Allah menyambungkan lagi tali komunikasi diantara kita. Saat itu aku sedang jatuh, dan kamu sedang bertanya-tanya suatu soal. Yang jelas, kita terhubung lagi, dan jejaknya, sempat aku tuliskan di sini.
Tahun berganti, satu dua kali kita masih terhubung. Terakhir kali aku mengirim pesan, adalah bulan Juli lalu. Lalu sekarang senyap. Aku yang bungkam sebenarnya, aku yang belum ada keberanian menghubungimu lagi sebenarnya. Aku.. yang cuma bisa tersenyum, karena rinduku sedikit terobati melihat senyum di wajahmu. Zahra yang jelita seperti bunga.
Sekarang, aku cuma bisa mengingatmu memang, menceritakan memori menghafal halaman terakhir surat tertentu setengah dekade yang lalu saat kita masih memiliki kesibukan yang sama. Benarkah setengah dekade? Hehe.
Sekarang aku cuma bisa menulis ini di sini, tanpa berani mengirimkan link-nya ke dirimu, Zahra shalihah yang suaranya kurindukan, yang gaya bicaranya, terngiang namun aku ingin mendengarnya langsung.
Tapi aku percaya, suatu hari nanti, aku akan memberitahu padamu. Mungkin bukan lewat kirim link tulisan ini. Namun secara langsung, kalau aku mengingatmu saat membantuku menghafal halaman terakhir salah satu surat dalam Al Quran. Saat itu, mungkin aku akan memintamu menebak surat apa itu. Mungkin aku akan memberi hint surat tersebut berada di Juz berapa, atau memberi hint kapan momennya. Dan mungkin saja kau tidak mengingat meskipun sudah aku beri hint atau justru aku nyatakan jawabannya. Karena toh setiap orang menyimpan memori momen yang paling berkesan bagi dirinya. Bagi diriku, tentangmu, mungkin salah satunya ini.
***
Zahra.... tetaplah seperti bunga yang cantik jelita. Kau harus percaya, dan yakin bahwa dirimu selain cantik, juga shalihah, cerdas, dan memiliki banyak hal baik lainnya. Kau juga harus percaya, dan yakin bahwa ada banyak orang yang menyayangimu, perhatian padamu, bangga padamu, namun tidak bisa mengeja, mendeskripsikannya, maupun menunjukkannya padamu. Itu pesanku padamu ~
Zahra... maukah kau membantuku menghafal lagi? Bukan hanya satu halaman, tapi satu, dua, tiga dan seterusnya. Aku masih seperti dulu, masih butuh banyak bantuan darimu untuk yang satu ini.
dari yang belum 'berani' menyapa lagi,
^kirei~
***
PS: Web unit tersebut sudah bisa dibuka, namun hanya berisi Hello word. Aku ingin bertanya pada pengurusnya lewat official account salah satu sosmednya. Tapi aku malu, malu karena cuma bisa 'complaint' tanpa bisa bantu apapun. Salahkah, kalau aku sedih? Haruskah aku tutup mata dan tak peduli?
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya