Aku pernah ada di masa itu, saat aku rela berdebat dan menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi di Suriah, apa yang media dan mayoritas sosmed ributkan, kontroversi di dalamnya, yang mana yang fakta dan yang mana yang hoax. Pernah ada di posisi itu, sampai akhirnya menulis satu, dua tulisan mengenai hal tersebut.
***
Aku kali ini memang tidak banyak membaca atau mencari tahu tentang perdebatan antara netizen mengenai fakta dan hoax tragedi yang menimpa Muslim Arkan / Rohingya. Tapi membaca sedikit opini dari seorang saudari tentang pentingnya tabayyun, jadi tahu kalau ada simpang siur informasi lagi. Ada kontroversi, perdebatan, mungkin diskusi tentang mana fakta dan mana hoax. Dan hal tersebut membuatku berpikir... apakah akan selalu begini? Akan selalu ada perbedaan pendapat, debat fakta dan hoax, saat tragedi sedang menimpa manusia di sebagian belahan bumi? Apakah seperti ini cara kerja media dan sosial media saat ini? Sehingga manusia, kita dibuat jadi salah fokus. Lebih memilih menyimak, atau justru angkat suara. Lupa, bahwa yang terpenting saat kita mendengar kabar buruk kondisi saudara kita, saudara satu Adam, adalah dengan mengambil tindakan, bukan justru sibuk berkutat pada perdebatan yang semakin panjang dan entah kapan selesainya.
Takutnya, kita salah fokus. Dan malam-malam yang harusnya kita isi dengan sujud dan mengangkat tangan untuk mendoakan mereka, justru dihabiskan dengan senam jemari membantah dan menguatkan opini bahwa fakta adalah fakta dan hoax adalah hoax. Aku tahu.. media, sosial media itu punya peran yang hebat dan kuat, untuk menguatkan opini, untuk menyebarkan suatu issue, tapi ada batasnya.
Takutnya kita salah fokus. Dan siang yang harusnya kita isi dengan ikut kegiatan doa bersama dan galang dana untuk mereka, justru dihabiskan untuk cari tambahan materi dan referensi kemudian digunakan untuk balik menyerang opini parau yang memenuhi sosial media.
***
Aku tidak ingin mengatakan kalau kita lebih baik diam saja, dan membiarkan hoax tersebar dan menjelma menjadi fakta di mata pengguna sosial media. Aku hanya ingin mengingatkan diri, bahwa ada batasnya. Kapan kita menyatakan opini dan fakta yang kita ketahui. Bahwa ada batasnya, kapan kita mengabaikan opini sumbang yang berserakan itu, dan memilih berjalan saja. Mengabaikan kata-kata parau yang berserak itu, dan memilih memperbanyak kerja tangan dan doa saja.
Semoga Allah mengampuni kita, jika kita salah mengambil sikap. Semoga Allah jadikan kita lebih bijak atas setiap berita yang kita dapatkan di media/sosial media. Semoga Allah melindungi dan menjaga ummat muslim di seluruh penjuru dunia, menguatkannya, serta menghancurkan musuh-musuh islam yang membantai muslimin di seluruh penjuru dunia.
Hari ini, jumat, hari penuh berkah, mari perbanyak doa untuk saudara kita yang jauh di mata, namun semoga selalu dekat di hati. Mungkin kita sering kebas, sehingga saat jemari teriris, kita tidak merasa sakit. Padahal saudara itu ibarat satu tubuh.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya