Just want to tell you something I felt this morning.
Daun kering di trotoar itu |
Pagi itu aku menelusuri trotoar di Jalan Gelapnyawang, padahal biasanya aku lebih memilih berjalan di sisi jalan yang tidak ada trotoarnya. Dari jauh kulihat seorang bapak yang sedang memasukkan daun-daun berguguran ke dalam karung putih. Jujur aku ragu apa yang yang harus kulakukan saat berpapasan dengan bapak itu, apakah akan tersenyum, atau lewat saja seperti kebiasaan diriku yang sering cuek terhadap lingkungan. Di satu sisi aku ingin tersenyum, sekedar berbagi sedekah di pagi hari, namun aku takut senyumku tak sampai, karena bapak tadi sedang fokus pada pekerjaanya.
Satu, dua, kami berpapasan. Ah, langkahku terlalu lebar sehingga aku dalam sekejap sudah melewati bapak itu.
"Pagi neng," kudengar suara dari belakangku. Sebenarnya aku tidak mendengar secara utuh, tapi refleks aku menjawab dengan nada lembut, "Iya pak", sembari menoleh ke belakang, tersenyum. Aku melanjutkan langkahku menuju kampus dengan hati lebih riang.
Unik memang, sekedar sapaan ramah dapat memberi warna indah di pagiku. Padahal pagi ini langit begitu kelabu, membuatku berharap hujan segera turun. Karena aku ingat, langit kelabu bukan cuma pertanda hujan akan segera datang, tapi bisa jadi pertanda petaka segera datang, na'udzubillahi min dzalik.
***
Alhamdulillah langit kelabu pagi tadi pertanda hujan yang akan datang. Sudah dua kali siang ini hujan hadir dan pergi, bergeser mungkin, berpindah tempat mengikuti angin yang mendorong awan dari satu koordinat geografis ke koordinat lainnya.
Aku senang. Hujan. Semoga hujan juga di hatiku yang penuh kerak ini.
Allahumma shoyyiban nafi'an.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya