Bismillah.
Cengeng, ciwek, gambreng, sebutan itu sudah menjadi label bagi gadis yang baru lulus SMA itu. Nama gadis itu Ima, gadis yang kini sedang sibuk menyeka wajahnya yang basah kuyup oleh air matanya sendiri.
Gadis itu sebenarnya membenci sifat dirinya yang begitu mudah menangis. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa memungkiri fakta bahwa hampir semua hal dari yang kecil hingga besar bisa membuat matanya basah, dagunya dialiri air hangat.
Saat Ima sedih, air itu mengalir begitu saja, tidak bisa terbendung. Saat Ima merasa sebal, air itu memunculkan kaca berlapis-lapis yang kemudian luruh. Saat Ima teringat memori masa lalu, air itu menggenang lagi di kelopak matanya. Bahkan saat Ima marah, saat seharusnya ia mengeluarkan suara bernada tinggi, yang muncul justru air itu lagi.
Pernah suatu saat Ibu-nya dibuat heran, karena saat kakaknya dimarahi oleh sang Ayah, justru Ima yang menangis.
"Kenapa tho nangis? Wong yang didukani mbakyu kok, dudu Ima.."
***
Ketik Ima di layar komputernya.Cry baby. Kau tahu apa yang paling menyebalkan dari frase itu?
Yang paling menyebalkan adalah efek setelah menangis. Seharian menangis artinya, kau akan merasakan matamu yang bengkak pegal semalaman.
Ima tersenyum sendiri membaca kalimat yang ia buat. Ia lalu mengalihkan pandangan dari layar laptop, pandangannya tertuju pada dua sendok logam di meja yang sama. Tangannya meraih kedua sendok tadi, menempelkannya ke kelopak matanya. Sendok logam itu memberikan sensasi dingin di kelopak matanya, meredakan sedikit rasas pegal di sana.
Karakter atau sifat seseorang memang bisa jadi bawaan lahir, bisa juga bentukan lingkungan dan cara didikan, tapi Ima tahu, ia tidak bisa menyalahkan siapapun atas sifat cengengnya. Ia sekarang ini hanya ingin berdamai dengan matanya, yang seharian bak cuaca hari itu, hujan deras, berhenti, hujan deras lagi.
Setelah mengatur privasi menjadi only me, Ima menekan button post.Tapi meskipun menyebalkan, aku masih saja tidak bisa menghentikan air itu untuk turun. Mungkin sekarang bisa, tapi entahlah beberapa menit setelahnya. Aku hanya ingin berdamai dengannya, jangan turun di saat aku di tengah keramaian. Itu saja pintaku.
The End.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya