Follow Me

Thursday, September 15, 2016

Pakai Perasaan

#blogwalking #random

Bismillah.
Heart and Mind


Baca tulisan monolog cukup panjang tentang kisah penulis dengan "perasaan" yang berjudul "Kepadamu, Perempuan Baper". Awalnya aku heran, karena hanya lewat sebuah kalimat, sang penulis memilih muntaber, hehe. Males jelasinnya, baca lengkapnya di link.

Ya, sebuah kalimat sederhana. “Loh, perasaan tadi masih banyak deh kentangnya?!”

Lanjutin baca ke paragraf berikutnya, masih dengan pertanyaan di otakku, sebenarnya "perasaan" yang mana yang sedang dibicarakan penulis? Akhirnya terjawab lewat kalimat sederhana juga, “Emmm, perasaan baru kemarin malam deh Mas ngisi seratus?”

Pertanyaan itu lagi, tulisnya. Dari sana, aku tahu (soktahu) keheranan si penulis. Ini tentang penggunaan kata perasaan, tentang betapa mudahnya perempuan menggunakan perasaan untuk hal-hal kecil yang menurut laki-laki seharusnya ga perlu pakai perasaan.

Jujur merasa sedikit tersentil, karena aku termasuk salah satu perempuan yang apa-apa bawa perasaan, kalau istilahku bukan baper, lebih ke SensiMe. Baper soalnya sering dikonotasikan ke perasaan yang itu, yang berkaitan antar lawan jenis.

Alhamdulillah saat membaca tulisan itu aku ga lagi mode on sensinya, jadi nulis ini pun ga pakai emosi meluap-luap. Di beberapa komen, dari diri penulis itu, ia menyatakan bahwa ia masih harus belajar melihat dari sudut pandang orang lain.


***

Jujur, tulisannya membuatku sedikit lebih paham tentang logika para laki-laki. Tentang mengapa seseorang pernah melabeli diriku seseorang yang 'too serious facing everything'. Bagiku, sama seperti keherenan mereka (kaum adam), kami (kaum hawa), atau sebagian dari kami juga sering bertanya, bagaimana mereka sering tidak peka terhadap perasaan. Which is normal, wondering about the different we have with other people is natural.

Aku lebih sering menyebutnya perbedaan fitrah. Bagaimana Allah menciptakan manusia adam dan hawa dengan perbedaannya, perbedaan yang membuat mereka saling melengkapi satu sama lain. Jadi keinget penjelasan Ustadz Nouman bagaimana seorang perempuan bisa memiliki dua hati, sedangkan laki-laki tidak (meski ga nyambung dengan tulisan ini, tapi bisa dilihat di sini). 

Perbedaan fitrah itu wajar, jadi aku agak ragu bagaimana penulis berharap bertemu dengan wanita yang lebih memakai logikanya. It's not impossible, tapi... he'll find out soon. Sebagaimanapun seorang perempuan adalah perempuan logis, ia tetap perempuan yang punya perasaan, dan akan pakai perasaan di hal-hal yang menurut laki-laki hal kecil.
"Yaelah mbak, makan kentang aja ngapain pake perasaan?!"
Dan aku hanya tersenyum membaca lagi pertanyaan si penulis. Ingin diri ini menjawab, "Ya.. bahkan 'hanya' makan kentang, kita pakai perasaan".

Maaf tulisannya random, maklum tulisan reaktif yang gatau kapan akan diedit. Bye.. semoga memberi manfaat meski sedikit.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya