Follow Me

Saturday, September 17, 2016

Pertanyaan yang Memanggil Memori

Bismillah.


One Question, and how it makes so many memories pops up on your head

Sedikit sharing tentang perasaan 'wow' terhadap kehebatan memori di otak kita. Pastinya lebih hebat dari memori card buatan manusia. Allahu akbar!

Jadi gini, aku kan kemarin-kemarin baca banyak tulisan dari blog alumnus IF ITB. Awalnya aku hanya mengingat sosok beliau sebagai kakak tingkat yang dulu menjabat jadi kongres di KM ITB perwakilan dari HMIF. Itu aja. Sebatas itu. Hebatnya, dari satu pertanyaan yang iseng aku tanyakan pada diriku, aku jadi ingat hal lain.

Jadi sebelum nulis ini aku nulis draft lain tentang list alamat blog alumni IF ITB yang pernah aku kunjungi (ga tau akan di post atau ga, masih acak-acakan). Nah pas bahas alamat blog beliau aku menulis seperti ini,

Bukan kenal karena pernah ngobrol, atau emang pernah ngobrol ya?

Niat di awal, kalimat yang ingin aku tulis adalah "Bukan kenal karena pernah ngobrol, tapi karena beliau salah satu anggota kongres KM ITB perwakilan HMIF". Tapi saat baru setengah jalan nulis kalimat itu, otakku bertanya, apa pernah ngobrol ya?
 
Nah, dari pertanyaan itulah aku mulai berusaha mengingat sembari melanjutkan menulis draft. Dan dalam proses menulis draft itulah aku menemukan memori mengobrol dengan petinggi KM itu. Jadi gini, normalnya kalau kita ingin tahu suatu kejadian, kalau dari jurnalistik ada beberapa kata tanya 5W1H (Who, What, When, Where, Why and How). Kalau dijurnalistik harus satu-satu di memori otakku keluarnya juga mirip-mirip gitu.

Awalnya who: Oh.. anggota kongres KM ITB dari HMIF. Awalnya sudah merasa cukup. Tapi karena pertanyaan "emang, pernah ngobrol ya?"
Jadilah muncul variable 5W1H lain..

what: aku pernah ngobrol sama beliau
how, why, when: dipanggil untuk evaluasi dari peserta sparta ke panitia sparta, saat osjur (lupa day berapa), waktu itu aku protes tentang "GPS"
where: di ITB, basement labtek VIII bagian samping? basement labtek VII bagian samping?

Dan uniknya dari jawaban itu, memanggil memori memori lain dengan kata kunci "SPARTA". So many memories in a form of "photos", "videos", feeling, etc. Foto yang ga bisa dicetak itu, ditangkap oleh lensa mata, masuk ke memori, ga lengkap memang, tapi aku ingat detail detail kecil yang mungkin orang lain ga ingat. Video, semacam short clips, dari beberapa kejadian yang menurutku paling mengena di hati mulai bermunculan, satu persatu. Dan yang terakhir memori berbentuk perasaan, bagaimana perasaan manis pahit asin yang dulu aku rasakan seolah muncul lagi, muncul seolah aku sedang merasakannya sekarang. Gimana ya jelasinnya. Ledakan-ledakan perasaan yang dulu aku rasain saat jadi peserta osjur, saat memori itu muncul perasaan itu muncul lagi bagaimana kesalnya aku, bagaimana sentimennya diriku, dan uniknya pop-up pop-up perasaan yang bercampur aduk itu mampu menghadirkan selapis kaca di mataku.

***

Lalu akupun terkagum pada memori yang tercipta dari alat input tercanggil, mata, telinga dan hati. Aku pun jadi semakin yakin, bahwa inilah perbedaan memori buatan manusia dan memori buatan manusia. Ada memori perasaan yang ga bisa di kemas dalam foto-foto atau video-video buatan manusia. Gimana jelasinnya ya? Aarggghh.. I know it's way more precious, but I just can't describe it..

Izinkan kuakhiri dengan sebuah quotes yang pernah aku tahu lewat seorang dosen saat matrikulasi di ITB.
"I've learned that people will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel." - Maya Angelou
I might not remember all the things happening in SPARTA, and I might forget people that I meet and talk to in SPARTA, but I will never forget how SPARTA and people around it, how they made me feel frustated, sad, disappointed, but also joy, grateful, and some other feelings that I can't describe in words.

Miss you. Bye..!

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya