Follow Me

Monday, September 5, 2016

Dekat Itu Menjadikan "Ringan" atau "Berat"

#blogwalking

Bismillah.

close yet far
Masih dari blog ukhti di post sebelumnya, ukhti.. yang menurutku kami memiliki kesamaan postur tubuh, sama-sama tinggi dan kurus. "Tinggi" di sini jika dibandingkan dengan kebanyakan akhawat ITB, dan "kurus" juga sifatnya relatif, karena banyak yang bilang aku sekarang gemukan pipinya hehe. Kangen sama teh Zae, masihkah sekurus yang ada di memoriku?

Back to topic, maaf kalau judulnya agak aneh. Aku baru teringat ada sudut pandang berbeda tentang hubungan kata 'dekat', 'ringan', dan 'berat'. Ini tentang hubungan antarmanusia, bahwa kedekatan seringkali membuat kita meringankan hal-hal yang tidak seharusnya tidak ringan.

***
"Karena saya mengenal ia dengan baik… karena saya keluarganya… karena saya mengenalnya sejak lama…" Alasan-alasan itu seringkali membuat mereka lebih mudah menyakiti satu sama lain.

“Saya tidak akan berlaku demikian kalau kami tidak sedekat ini”. Ia bisa dengan mudah membentak, mengeluarkan keluh kesahnya tanpa berpikir panjang, bisa mengatakan apapun yang ia pikirkan tentang orang tersebut… karena mereka sudah cukup dekat. Sebaliknya mereka justru akan malu dan sungkan melakukan hal serupa dengan orang yang tidak mereka kenal baik.
- Teh Zainab dalam tulisannya "Dekat"
Ah.. makasih Teh, dengan tulisan singkat padat dan jelas Teteh, aku kembali diingatkan untuk mengoreksi lagi setiap perlakuanku pada mereka yang kuanggap dekat. Apakah kedekatan itu menjadikanku ringan menyakiti mereka, baik secara sengaja maupun tidak? Atau kedekatan itu menjadikanku berat untuk menyakiti mereka, karena tidak rela untuk merenggangkan ikatan ukhuwah kami.

Untuk pembaca, khususnya para akhawat, barangkali ada yang merasa aku seperti itu, entah masuk kategori yang ringan atau berat, baik saat jauh, atau saat dekat, mohon nasihatnya dan diingatkan ya. Lewat komentar boleh, anonim juga gapapa. Karena jujur... saya pribadi merasa ada banyak yang dekat maupun yang jauh yang mungkin pernah terluka atas ucapan, tulisan, atau mungkin sikap saya. Maaf, maaf, maaf.

***


Seperti hewan yang kamu pelihara sejak lama, yang semakin kamu sayangi dan tidak ingin ia terluka. 
Atau justru sebaliknya? 
Seperti sepeda yang kamu sayangi dan gunakan bertahun-tahun lamanya, sekalipun telah banyak rusak dan tergores, terasa lebih ‘ringan’ dibandingkan merusak sepeda baru yang baru kamu lihat.

Manusia benar-benar mahluk yang complicated. And I am belonging to those one either…
- "Dekat", Teh Zainab 
Lagi, izinkan kututup dengan kata maaf. Terutama untuk mamah, papah, mba ita dan aan. Atas pesan dan telepon yang tak terespon lagi terabaikan. Umumnya, untuk semua atas ikatan ukhuwah yang renggang karenaku. Maaf.

Sincerely, I apologize.

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya