Follow Me

Saturday, September 17, 2016

Pentingnya Cerita dalam Mengopinikan Pendapat

#blogwalking

Bismillah.

Another blogwalking from one to another blog of Alumni IF ITB.

Ada yang tahu padanan frase ini di bahasa Indonesia?
There’s a reason all the fairy tales begin, “Once upon a time.” Very few children enjoy getting a lecture.
Let’s face it : “The Tree Little Pigs” wouldn’t have gotten off the ground if it began, “Today I’m going to tell you why you should build your house out of bricks instead of straw”).
- Abraham Krisnanda dalam tulisannya "How to Wow - Beberapa Tips Praktikal"
Saya sarankan baca lengkapnya di link di atas. Karena tulisan aslinya ada banyak hal yang di bahas dan in syaa Allah bermanfaat. Di sini, aku cuma ingin sedikit curhat tentang contoh dan alasan aku masih memilih menulis fiksi meski dibanyak situasi aku lebih suka memilih non-fiksi.

***

Promosi dulu, kalau mau baca tulisan fiksi/cerpen di blog ini bisa lewat link cerpen atau fiksi atau #fiksiku

Di sana, ada beberapa jenis tulisan. Cerpen yang murni dibuat karena tugas, tugas yang dikirim untuk lomba, ada juga yang untuk ngisi buletin/majalah SMA. Ada juga fiksi-fiksi pendek, yang kebanyakan terinspirasi dari pengalaman pribadi, atau pengalaman teman. Ada juga fiksi-fiksi untuk menegaskan pilihan/prinsipku.

Tentang Promnight

Berawal dari opiniku yang menolak hadir di Prom Night atau Pesta Perpisahan saat SMA dulu. Aku jujur saja agak bingung harus menjelaskannya dengan kalimat-kalimat non-fiksi. Selain bingung, aku sejujurnya merasa tidak pantas membawa alasan-alasan itu. Aku takut kalau aku bicara A namun di lain sisi aku melakukan hal yang kontra A. Nah ketakutan itulah yang membuatku memilih menghadirkan sosok fiksi dan situasi fiksi. Lalu terciptalah cerpen super singkat berjudul Something Left.

Tahun-tahun 2012 aku buat sekuelnya, untuk mempertegas lagi opiniku, berharap bisa mengajak lebih banyak adik kelas untuk ga buang uang di acara itu. Judulnya Something Left II.

Baca dua-duanya ya.. kalau bisa disebar agar orang-orang tahu fakta tentang banyaknya dana yang 'dibuang'. Aku tahu setelah lelah ujian kita ingin dapat hiburan, tapi uang sebanyak itu... kita bisa mengapresiasi diri atau memberikan hiburan dengan hal-hal yang lebih sederhana tanpa mengurangi kebahagiaan masa SMA.

Tentang Like dan Share/Komen

Yang ini muncul dari kesensian. Agak bingung harus jelasin gimana. Yang aku tahu aku ga nyaman, dan kalau menuliskan opini dengan tulisan non-fiksi aku takut justru menyakiti. Jadilah kubuat cerpen berjudul Bukankah Lebih Nyaman?

Tentang Gaya Bahasa

Aku tahu gaya bahasa adalah suatu kebiasaan. Dulu pas aku masih suka pakai tulisan alay, aku juga pakai tulisan alay ke siapa pun kecuali orang tua dan guru. Tapi semenjak kuliah aku mencoba menata gaya bahasaku tergantung dimana dan kepada siapa aku berbicara. Kalau di grup sosmed yang isinya campur, biasanya pake kata "saya", walau sering lupa  karena lebih biasa pakai "aku". Di blog ini juga ga teratur, lebih ke seni sih, kadang aku, tiba-tiba saya, atau diriku/diri, atau penulis. Tapi kalau di tulisan bertema blogwalking penulis bukan refer ke diri, tapi ke penulis yang tulisannya kukutip.

Wah panjang ya, langsung cap cuy aja ke cerpen berjudul Jangan Sok Imut!

Tentang Foto Bersama 

Intinya ingin menggambarkan salah satu prinsipku dalam fiksi. Bukan tentang alasannya sih, lebih ke.. ya itulah. Langsung baca aja, judulya Phobia Kamera. Untuk alasan non fiksinya bisa dilihat di tulisan Tentang Foto Bersama "Dia" (2)

Tentang Pakaian Berwarna Cerah

Masih belajar, masih pilih-pilih tempat. Di Bandung pilih warrna A, di Purwokerto pilih warna B. Payah. Alasan, karena permintaan orangtua, karena orangtua protes saya pakai warna itu-itu saja. Fiksi pendek berjudul Cerah Sekali.

***

Kayanya contohnya cukup ya. Kalau kamu termasuk ga suka baca tulisan non fiksi di blog ini, barangkali tulisan fiksi bisa lebih banyak kasih manfaat.

Tambahan tentang menulis buku, penulis. Kata kakak senior yang lebih ahli nulis, kita harus pilih salah satu bidang dalam menulis fiksi atau non-fiksi. Tapi jujur aku masih belum bisa benar-benar memilih. Kalau bisa, aku ingin keduanya. Ingin menulis kisah fiksi dalam tulisan non fiksi. Seperti buku-bukunya Salim A. Fillah, non fiksi yang diksinya sastra banget menurutku hehe. Mungkin ga sesastra ustadz Salim, dan ga menuliskan cerita-cerita orang hebat.

Sekedar buku non fiksi yang di dalamnya ada potongan fiksi pendek, untuk memperkuat isinya. Seperti tulisan Are You Okay?

By the way, kamu lebih suka yang mana? Membaca buku/tulisan fiksi atau non-fiksi?

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya