Follow Me

Monday, September 5, 2016

Bersyukurlah Wahai Diri 2

-Muhasabah Diri-

#blogwalking

feeling blessed read your blog
Bismillah. Masih pengingat umum yang sama untuk diri penulis. Bersyukurlah! Izinkan kukutip tulisan indah, salah seorang ukhti yang sudah lama tak berjumpa.

***

Terkadang apa yang orang lain katakan pada diri kita dengan label “keberuntungan” atau serupanya, justru bukan hal yang kita rasakan. Saya sulit membedakan kondisi seperti apa yang membuat saya lebih baik atau lebih beruntung dari orang lain.
“Kamu beruntung karena sudah menemukan jurusan yang kamu cintai”
dan saya hanya diam dan membatin “Dan kamu sudah menemukan pekerjaan yang kamu inginkan”
“Kamu beruntung karena kamu bukan orang yang mudah iri dengan pencapaian orang lain”
dan saya terdiam, Tapi karena itu saya tidak mudah termotivasi, dan itu menyedihkan. Saat seharusnya saya tergetar dan terpecut untuk menghapal Qur’an karena teman-teman terdekat saya melakukannya, motivasi itu tidak lantas datang begitu saja. Saya bersyukur karena dengannya rasa iri dan dengki itu tidak mudah hinggap, tapi terkadang saya terlalu tidak peduli bahkan untuk motivasi kebaikan sekalipun.
-Teh Zainab dalam tulisannya "Bersyukur"
***

Ada beberapa kutipan contoh lain tentang ucapan orang lain, dan  bagaimana diamnya penerima ucapan menanggapi dalam hati. Di akhir tulisannya, ukhti yang mirip sama sahabat terdekatku ini mengutip perkataan Al-Manshur Saifuddin Qalawun, "Kami tak tahu, ini rahmat ata musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah."

Jika baru pernah baca kutipan tadi, mungkin maknanya agak samar. Tapi jika engkau baca kisah dibalik kutipan itu di buku Dalam Dekapan Ukhuwah-nya Ustadz Salim, in syaa Allah akan lebih mengena[1][2].

Inti tulisan ini satu, mengingatkan diri untuk bersyukur, lagi dan lagi. Karena sungguh diri ini punya kebiasaan lupa, meski nasihat "syukur" adalah nasihat umum yang hampir semua orang ingatkan baik secara lisan maupun tulisan.

Semangat! See you later...

Allahua'lam.


Keterangan:
[1] bantu promosiin buku Ustadz Salim favorit saya yang ke dua setelah Jalan Cinta Para Pejuang
[2] excuse, padahal mah males berpanjang lebar menuliskan ulang kisahnya hehehe, mungkin di lain waktu. tapi bener deh, mendingan baca langsung, lebih mantep, dan bahasanya lebih ciamik. *masih ngelesmodeon

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya