Bismillah.
faith <3 a="">3> |
So, if I am as a person understand the limit of my self, and how I relates one ‘miracle’ to another ‘unreasonable phenomenon’ then, the answer of those big questions doesn’t matter again. Because I know I can’t answer those right now...
You can still believe in God, even if He don’t bring the answer that come into your sense.
The important matter is how you believe in every phenomenon that Allah shows you, but how come you don’t believe on ‘something behind it’?
It’s not a matter of having eyes or not, it’s about having vision.
It’s not about logic or not, it’s about the faith.
- Ukhti yang kurindukan, dalam tulisannya "Blind, Deaf, and Mute"***
Hehe. Masih dari blog ukhti yang sama.
Maaf ya sementara banyak mempublish post dengan hashtag blogwalking,
yang kemungkinan besar isinya hanya quotes beserta link tulisan, dan
komentar diri yang ga penting-penting banget. Tapi izinkan hashtag ini
jadi motivasiku untuk menulis, bukan untuk orang lain, tapi untuk
diriku. Agar tulisan yang pernah kulewati dan kubaca tidak lantas
terlupa, tapi kubaca ulang karena kutulis ulang di sini.
Kalau
males baca komentarku, langsung klik di judul tulisan di bawah quotes
ya^^ in syaa Allah dapet manfaat lebih banyak kalau baca tulisan
lengkapnya, daripada baca komen ga jelas di sini hehe.
Aku suka tulisan ukhti yang satu ini, ada fakta-fakta dan info yang ia rangkai dengan baik, meski dua bahasa. Alhamdulillah cukup mengerti bahasa inggris yang dipakai, jadi bisa menangkap makna meski tanpa terjemah.
Hebat menurutku, betapa satu tanya bisa menginspirasi beliau untuk menulis artikel itu. Mungkin saat pertanyaan itu hadir, ia hanya diam dan tak bisa menjawab dengan lisan. Tapi bagiku, tulisannya sudah cukup baik menjawab pertanyaan tentang singgasana-Nya.
Aku juga dibuat kagum, bagaimana ukhti cantik itu, sebelum menjawab pertanyaan lewat fakta dan opini, ia berendah hati.
“Ah, keroukuna, it’s how you feel when you surrounded by so many curious and intelligent people.” I thought. -Teh Zae, masih dari tulisan "Blind, Deaf, and Mute"
Aku juga dibuat sadar, bahwa pertanyaan yang hadir di awal-awal kuliahnya beliau, tahun 2010 kalau ga salah, jawabannya memang baru dipublish tanggal 8 Agustus lalu. Dan itu membuatku sadar, bahwa mungkin tulisan itu sebenarnya disiapkan jauh-jauh hari. Mungkin beliau menyimpannya di draft, berulangkali mengeditnya, agar hasilnya sebagus yang sekarang. Dan aku dibuat sadar, sadar akan apa? Sadar, betapa reaktif dan childishnya beberapa tulisan di blog ini. Dan bisa dilihat, tentu saja tulisan yang sekedar reaktif hasilnya tidak sebagus tulisan yang direncanakan dan diedit dengan baik.
Ah.. rasanya seperti tersindir. Karena tulisan ini juga termasuk tulisan reaktif. Habis baca tulisan si Teteh, langsung nulis di sini, dan kayanya akan segera dipublish tanpa proses editing apalagi proof reading. Hehe.
Tapi gapapa lah ya? Sedang ingin naikin grafik jumlah tulisan, yang tahun lalu jatuh bebas dari 103 (th. 2014) ke 59 (th. 2015). Tahun ini harus hiking lagi, pelan-pelan, meski banyak tulisan random. Sudah bulan ke sembilan, dan jumlah tulisan masih dua puluhan. Hehe. Semangat nulis! Untukku, dan untukmu juga!
Aku tahu kuantitas harusnya bukan jadi prioritas dibanding kualitas. Tapi karena menulis adalah keterampilan, which is means, semakin sering dilakukan semakin terampil. Semoga kuantitas yang ga seberapa ini bisa mengasah kualitas menulisku.
Bye...5
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya