Bismillah.
Apa yang akan aku tulis, jika ini adalah tulisan terakhirku?
Terakhir artinya pemungkas, tidak akan ada lagi.
Saat tulisan terakhir ini kutulis, aku masih terlalu hina lagi berlumur dosa. Sungguh begitu malu, jika harus bertemu denganNya hari ini. Tapi aku tak bisa menundanya.
Saat tulisan ini kutulis, aku berharap detik-detik ini merupakan taubat nasuhaku. Aku berharap sudah melangkah cukup jauh dan lebih dekat dengan tempat yang kutuju. Sehingga apabila malaikat azab dan malaikat rahmat hendak memperebutkan jiwaku, aku mendapatkan rahmat dan bukan azab.
Jika ini tulisan terakhirku, mohon maafkan kesalahanku, agar tak menjadi pemberat di hari perhitungan kelak.
***
Saat kita mengalami kesulitan, kita seharusnya bersabar. Ada sebuah kalimat yang diajarkan Rasulullah saat kita mengalami musibah.
Apa yang akan aku tulis, jika ini adalah tulisan terakhirku?
Terakhir artinya pemungkas, tidak akan ada lagi.
Saat tulisan terakhir ini kutulis, aku masih terlalu hina lagi berlumur dosa. Sungguh begitu malu, jika harus bertemu denganNya hari ini. Tapi aku tak bisa menundanya.
Saat tulisan ini kutulis, aku berharap detik-detik ini merupakan taubat nasuhaku. Aku berharap sudah melangkah cukup jauh dan lebih dekat dengan tempat yang kutuju. Sehingga apabila malaikat azab dan malaikat rahmat hendak memperebutkan jiwaku, aku mendapatkan rahmat dan bukan azab.
Jika ini tulisan terakhirku, mohon maafkan kesalahanku, agar tak menjadi pemberat di hari perhitungan kelak.
last |
***
Saat kita mengalami kesulitan, kita seharusnya bersabar. Ada sebuah kalimat yang diajarkan Rasulullah saat kita mengalami musibah.
Inna lillah wa inna ilaihi raji’un
Inna lillah berarti sesungguhnya milik Allah. Ya, sadar atau tidak, suka atau tidak, kita tidak memiliki apapun. Semua yang kita anggap milik kita sebenarnya bukan milik kita.
Dan bola mata, pendengaran, dan syaraf yang menggerakkan jemari kita, semua itu bukan milik kita. Kita tidak melakukan sesuatu untuk mendapatkan itu semua. Itu pemberian dari Sang Pencipta. Maka ketika mata kita mulai rabun, pendengaran kita melemah, atau bahkan jemari kita sulit digerakkan, kita seharusnya melatih hati dan lisan untuk berkata. Inna lillah. Ini bukan milikku, sehingga wajar jika Sang Pencipta mengambilnya dari.
Wa inna ilaihi raji’un. Dan sesungguhnya hanya kepadaNya kita akan dikembalikan. Ya, ternyata bukan hanya itu, kita sendiri nantinya akan kembali. Wafat dan kembali kepada Allah.
Dan setiap ujian yang datang, setiap mendengar musibah, kita lalu berucap “innalillah wa inna ilaihi raji’un”. Sebuah kalimat yang seharusnya mengingatkan kita, bahwa akan tiba waktunya kita akan kembali. Sebuah kalimat yang juga mengingatkan kita bahwa hidup kita tidak permanen. Hidup kita sementara.
Kehidupan yang sementara kemudian menguatkan kita, mengingatkan kita bahwa setiap ujian yang mendera hanya sementara. Baik ujian dalam bentuk kekayaan maupun kemiskinan. Ujian ini hanya sementara, baik berbentuk nilai yang buruk maupun gelar mahasiswa berprestasi. Ujian ini hanya sementara, maka bertahanlah seberat apapun ujian yang kini kau rasakan.
Namun ada juga hal-hal yang kita perlu perhatikan. Kita tidak bisa menyalahkan Allah untuk semua hal buruk yang kita rasakan. Kita harus bisa membedakan, manakah yang di luar kekuasaan kita dan mana yang merupakan akibat ikhtiar kita yang kurang.
Terakhir, mari kita sama-sama mengucap “Innalillah wa inna ilaihi raji’un” untuk semua muslim yang dijemput malaikat maut hari ini, untuk setiap musibah yang terjadi hari ini. Mari resapi dalam-dalam kalimat itu, dan temukanlah makna di dalamnya. Makna, bahwa kita semua akan kembali kepadaNya.
Dan bola mata, pendengaran, dan syaraf yang menggerakkan jemari kita, semua itu bukan milik kita. Kita tidak melakukan sesuatu untuk mendapatkan itu semua. Itu pemberian dari Sang Pencipta. Maka ketika mata kita mulai rabun, pendengaran kita melemah, atau bahkan jemari kita sulit digerakkan, kita seharusnya melatih hati dan lisan untuk berkata. Inna lillah. Ini bukan milikku, sehingga wajar jika Sang Pencipta mengambilnya dari.
Wa inna ilaihi raji’un. Dan sesungguhnya hanya kepadaNya kita akan dikembalikan. Ya, ternyata bukan hanya itu, kita sendiri nantinya akan kembali. Wafat dan kembali kepada Allah.
Dan setiap ujian yang datang, setiap mendengar musibah, kita lalu berucap “innalillah wa inna ilaihi raji’un”. Sebuah kalimat yang seharusnya mengingatkan kita, bahwa akan tiba waktunya kita akan kembali. Sebuah kalimat yang juga mengingatkan kita bahwa hidup kita tidak permanen. Hidup kita sementara.
Kehidupan yang sementara kemudian menguatkan kita, mengingatkan kita bahwa setiap ujian yang mendera hanya sementara. Baik ujian dalam bentuk kekayaan maupun kemiskinan. Ujian ini hanya sementara, baik berbentuk nilai yang buruk maupun gelar mahasiswa berprestasi. Ujian ini hanya sementara, maka bertahanlah seberat apapun ujian yang kini kau rasakan.
Namun ada juga hal-hal yang kita perlu perhatikan. Kita tidak bisa menyalahkan Allah untuk semua hal buruk yang kita rasakan. Kita harus bisa membedakan, manakah yang di luar kekuasaan kita dan mana yang merupakan akibat ikhtiar kita yang kurang.
Terakhir, mari kita sama-sama mengucap “Innalillah wa inna ilaihi raji’un” untuk semua muslim yang dijemput malaikat maut hari ini, untuk setiap musibah yang terjadi hari ini. Mari resapi dalam-dalam kalimat itu, dan temukanlah makna di dalamnya. Makna, bahwa kita semua akan kembali kepadaNya.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun." -kalamullah-
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya