Follow Me

Monday, March 20, 2017

Bookmark

#blogwalking

Bismillah.

Banyak yang mungkin suatu saat harus diselesaikan membaca dan menuliskan ulang komentar atau hikmah atau apapun lah yang aku dapet dari sana. Tapi hari ini, izinkan cuma mencuplik sebagiannya saja. Semoga suatu saat diselesaikan beneran bacanya, jangan cuma skimming. Ok?

Persiapan Biaya untuk Study Abroad
Pastikan kamu udah punya kejelasan beasiswa sebelum berangkat ke Jepang, entah itu dari Pemerintah Indonesia, pemerintah Jepang, kampus, orang tua, tabungan pribadi, atau support dari manapun hehe. Beasiswa (atau support) kuliah saja, atau dengan beasiswa hidup. Intinya kita udah harus tau kira2 berapa biaya yang akan kita dapat, berapa yg kurang, dan berapa yang akan lebih. Hehe. Kalau dulu kebetulan saya ikutan program yang udah free institution fee, dan dapet beasiswa hidup sebesar 80.000 JPY .

Kedua: Tiket pesawat. Buat yang beasiswanya ga termasuk tiket pesawat, saran saya cari tiket promo sejak beberapa bulan sebelumnya. Tips saya sih, pantengin terus web maskapai inceran kamu, atau minta tolong temen yang bisnisnya terkait travel-travel-an. Pas lagi promo, langsung booking. Tapi sebelumnya pastikan dulu tanggal keberangkatan kamu. Karena biasanya kalau tiket promo itu ga bisa dibatalkan atau ubah jadwal (bisa sih, tapi jadinya hangus tiketnya, kan sayang)

Ketiga: Pantau terus rate penukaran uang, IDR to JPY. Ini cukup berguna (bangeeet) loh! Misalkan kita perlu persiapan bawa 100.000JPY, perbedaan kurs 10 rupiah aja (misal 1 JPY = 120 rupiah dengan 1 JPY = 110 rupiah) bisa jadi beda 1 juta rupiah loh!

Keempat: Perhitungan biaya hidup. Penting nih! Biasanya biaya awal kedatangan tuh besar, karena banyak hal yang harus diurus.
- Ramadhani Putri Ayu, Tips n Tricks Study Abroad (Jepang) #1:Biaya
Belajar Menulis dan Menerbitkan Buku
Buku yang pertama adalah antologi pertama. Judulnya “Perempuan-perempuan Ganesha”. Ini buku antologi tentang 18 perempuan yang kuliah di ITB. Bercerita tentang masa-masa saat kuliah di ITB, atau pasca kampusnya. Dimana perkuliahan di ITB membawa dampak bagi kehidupannya. Penulis buku ini beda-beda angkatannya. Seneng banget bisa diajak proyek buku ini. Seperti batu loncatan yang memang sudah Allah sediakan 

Buku ini terbit di tahun 2014, bulan Februari, ga lama setelah melahirkan anak pertama yaitu Umar.. Buku kedua, sekaligus buku solo perdana.. Judulnya “Kuliah Jurusan Apa? Farmasi”. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (GPU) bulan Februari 2016. Buku ini bercerita tentang seluk beluk kuliah di jurusan Farmasi. Mulai dari apa yang harus dipersiapkan saat mau masuk jurusan Farmasi, ritme perkuliahan di Farmasi dan apa saja yang akan dipelajari, juga dihadapi, dan kehidupan pasca kampusnya. Oh iya, sama ada testimoni dari alumni Farmasinya. Biar lebih mengena hehe. Buku ini juga jadi sebuah rekor buat diri sendiri. Dari dulu, memang punya satu keinginan. Minimal selama hidup punya satu buku yang ditulis sendiri.. Kenapa? Karena ingin setidaknya jika wafat kelak, ada satu karya yang bisa saya tinggalkan untuk masyarakat. Mudah-mudahan bisa bermanfaat. Minimal bagi saya dan pembacanya

Buku ketiga adalah antologi kedua, judulnya “Anak-Anak Kolong Langit”. Ini bercerita tentang perjuangan saat kita menempuh pendidikan. Ada yang bercerita bagaimana perjuangan menghadapi kesulitan ekonomi, atau culture shock saat menjalankan pendidikan di luar negeri, dan lain-lain. Buku ini terbit sekitar bulan April 2016, ga lama setelah buku kedua terbit. Alhamdulillah.. menjadi penyemangat juga buat terus menulis.
- Wawancara dengan Rini Inggriani yang dituliskan dalam blognya Sundari Ekowati

Fenomena Bunuh Diri, Penting untuk Tahu!

Sobat gaulislam, adalah Pahinggar Indrawan (35) yang melakukan aksi nekat bunuh diri pada Jumat pagi (17/3) dan disiarkan langsung via fasilitas “go live” dari akun Facebook-nya di smartphone miliknya. Menurut berita yang beredar Indra mengaku alasannya bunuh diri (yang ia tuliskan di halaman akun Facebook-nya sesaat sebelum bunuh diri), karena merasa kecewa kepada istrinya yang telah meninggalkan dirinya, padahal ia mencintainya. Sering cekcok dengan istrinya, berdasarkan keterangan di berita. Kasihan ya, solusinya ternyata malah bunuh diri. Padahal itu bukan solusi, tapi putus asa. Kasihan.

.....

Menurut informasi di website kumparan.com (19/3/2017), berdasarkan rata-rata statistik, dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi.

World Health Organization (WHO), badan di bawah PBB yang bertindak sebagai koordinator kesehatan umum internasional, memiliki data tersendiri. Berdasarkan data perkiraan WHO, angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2012 adalah 10.000. Tren angka tersebut meningkat dibanding jumlah kematian akibat bunuh diri di Indonesia pada 2010 yang hanya setengahnya, yakni sebesar 5.000.

Secara global, WHO menyatakan ada 800.000 orang lebih di wilayah seluruh dunia yang meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya, dan ada lebih banyak orang lainnya yang melakukan percobaan bunuh diri. Ada indikasi, sebenarnya ada lebih dari 20 orang lain yang mencoba untuk bunuh diri untuk setiap orang dewasa yang telah meninggal akibat bunuh diri.
- O. Solihin, Bunuh Diri di Facebook
***

Selamat membaca Bell! See you next time~

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya