#blogwalking
Bismillah.
Terkadang aku malu jika disebut penulis, tapi di satu sisi.. aku mengakui, kalau aku, kamu dan semua yang menulis itu... penulis. Bedanya ada yang penulis profesional, ada yang amatir. Karena aku masih amatir, perlu ada gizi yang masuk, agar tulisan meningkat, gizi di sini, adalah teori/ilmu menulis, yang banyak belum tahu, atau mungkin pernah tahu, tapi sudah lupa. Kalau aku.. biasa dapet materi menulis dari blog divapress, lumayan hehe. Bisa juga lewat komunitas, cem Aksara atau FLP, atau Soto Babat, dll.
Langsung ke kutipannya ya.. hehe, prolognya panjang euy hehe.
William Faulkner, penulis novel The Sound and The Fury ini menyebut bahwa selain pengalaman, penulis juga butuh pengamatan dan imajinasi.
- Blogdivapress, 3 Pesan William Faulkner
Pengalaman
Penulis tergerak membagikan pengalaman yang mereka alami, atau yang orang lain alami, lewat tulisan agar lebih banyak orang turut ‘mengalami’ pengalaman yang dirasanya berharga itu. Karena tidak semua orang diberi kesempatan untuk mengalami petualangan dan pengalaman besar, maka Tuhan pun menciptakan para penulis. Selain pengalaman tentang peristiwa-peristiwa yang dialami manusia, pengalaman menulis itu sendiri juga tidak kalah pentingnya. Kemampuan menulis seorang penulis akan semakin terasah dengan semakin banyaknya pengalamannya dalam menulis.
- dari tulisan yang samaPengamatan
Pengamatan seorang penulis tidak hanya terbatas pada apa yang dilihat mata, tetapi juga yang didengar telinga dan di rasa dalam dada #eaaa. Pengamatan ini ibaratnya adalah penyempurna dari pengalaman sebagai dua modal dasar pertama penulis keren. Penulis mengalami pengalaman, dan kemudian melakukan pengamatan untuk menemukan sumber dan bahan tulisan. Karena pengalaman semata belum cukup untuk bisa menjadi sumber tulisan yang bagus. Dibutuhkan pengalamatan agar tulisan itu fokus.
Imajinasi
Terkhusus untuk karya fiksi,” imajinasi adalah dasar dari semua jenis fiksi,” kata penulis Colin Wilson. Imajinasi ini juga ibarat ‘amplas’ untuk menghaluskan pengalaman dan pengamatan yang masih kasar sehingga lebih enak dibaca.Imajinasi juga yang akan menyatukan seluruh pengalaman dan pengamatan menjadi sebuah tulisan yang utuh, nyambung, dan terasa baru.
- dari tulisan yang sama***
Tiga hal di atas merupakan bekal kita dalam menulis, berikut saya kasih contohnya. Pengalaman memasak misalnya, bisa dijadikan tulisan tips dan trik masak. Pengalaman pergi ke suatu tempat, juga bisa menjadi bahan tulisan, pengalaman hadir sebuah acara juga bisa. Terutama buat para blogger, biasanya pengalaman jadi bahan utama konten blognya.
Untuk pengamatan, contohnya apa ya? Hehe. Aku merasa pengamatan ini menjadi salah satu untuk melengkapi tulisan. Pengamatan ini yang nantinya menyajikan tidak cuma pengalaman, tapi juga data. Misalkan, kita tulis pengalaman kita mengunjungi perpustakaan Gasibu, nah, pengamatan bisa menambah bahan tulisan dengan menunjukkan jumlah pengunjung perpus rata-rata/hari, rentang umur, sampai hari dan waktu tertentu perpustakaan gasibu ramai/sepi.
Untuk imajinasi, saya cuma kebayang sebagai bahan utama nulis fiksi. Tempat yang spesial, karakter fiksi yang kuat dan unik, itu semua hadir lewat imajinasi. Sebenarnya, tulisan non fiksi juga memerlukan imajinasi, terutama tulisan non fiksi yang berupa ide, atau rancangan untuk masa depan. Misal kita mau membuat tulisan untuk membangun kampung halaman menjadi kota yang unggul di bidang tertentu, nah untuk membuatnya perlu ada imajinasi, tentunya dilengkapi dengan pengamatan, agar tidak terkesan mimpi di siang bolong.
Anyway, semangat menulis, baik dengan pengalaman, pengamatan maupun imajinasi. See you sooner or later~
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya