#random
Bismillah.
Kalimat-kalimat sekejap hilang ketika aku menekan ctrl+A kemudian Backspace. Ada banyak yang melintas dipikiran, dituang dalam kata, tapi kemudian... ah.. I'm not in a position to talk about it. Semacam itu, perasaan tidak pantas menjadi pihak yang memberi, karena diri ini tahu.. kita lebih pantas diberi.
***
Akan berulang masa seperti itu di kehidupan kita. Baik saat iman kita naik atau turun, selalu ada saat, ada jeda dimana kita melihat/mendengar sesuatu yang salah, kemudian kita bingung, harus memilih aksi apa yang kita ambil.
Kita bisa diam, kita bisa marah, kita bisa bertemu dengan yang bersangkutan, bisa menelponnya, bisa berkirim pesan padanya. Kita bisa bicara dibelakang, bisa bantu doa aja, bisa.........
Aku jadi ingin bertanya. Jika aku melakukan sebuah kesalahan, dan kamu melihatnya langsung, apa yang kamu lakukan? Lewat cara apa kamu mengingatkanku?
***
Akan ada saat, melihat kesalahan orang lain membuat kita meringkuk, malu. Kita diingatkan Allah lewat kesalahan orang lain, yang somehow Allah perlihatkan di mata kita. Di saat itu... kita ingin mencatatnya di diary saja, hari ini aku diingatkan Allah, kalau aku salah, kalau aku salah. Selesai. Tapi ternyata, sekedar menyimpan itu tidak membuat hati tenang. Rasanya jahat, kalau aku membiarkan saudaraku melakukan kesalahan yang sama. Rasanya ingin bertemu dengannya, memeluknya, dan mengingatkannya dengan cara yang baik, bertanya padanya, apa yang membuatnya melakukan hal itu, dll.
I tried, but I think I'm not in a position to tell you what's right and what's wrong. I tried, but I'm afraid, you were hurt by the way I remind you. I tried, but... rasanya ingin bertemu, karena kadang bahasa tulisan berbeda dengan bahasa lisan. Aku ingin menunjukkan padamu, kalau aku tidak marah, aku cuma takut.. jujur takut, takut dan tidak tahu bagaimana harusnya bersikap.
I wish she knows, I just wish all the best for her. I didn't mean to hurt her. Aku tidak mau melihat ia seperti itu...
***
Tulisan diatas draft tanggal 26 Februari. Hari ini aku buka draft dan coba menyelesaikannya. Tulisan mendadak ramah juga aslinya dari draft. Mau ngelanjutin tulisan ini tapi dari sudut pandang yang harus ditegur/dinasihati.
***
Pernah aku baca tulisan seorang sahabat dekat, tentang suatu kesalahan, bagaimana ia melihatnya, tapi ragu. Terlihat jelas, tapi ragu untuk menasihatiku. Sebenarnya tulisan itu, entah ditujukan ke siapa, mungkin aku yang sedang sensi, menurutku itu tentangku. Sesaat setelah membaca tulisan itu, perasaanku campur aduk, ada perasaan marah dan ingin bertanya. Kenapa ga bilang aja sih? Aku saat itu, sekarang juga, sedang butuh teman baik, teman yang bisa jujur dan berani terang-terangan memberitahu letak kesalahanku. Tell me that I am wrong when I am wrong, jangan didiemin, jangan cuma kasih kode supaya aku cerita. Hmm..
Tapi perasaan marah itu hilang, sekejap ketika aku memposisikan diri sebagai yang bersangkutan. Aku mungkin sama, aku mungkin juga memilih sikap yang sama. Mungkin aku juga diam, kemudian menuliskan itu sebagai nasihat untuk diri sendiri. Karena aku, dan dia memiliki ketakutan yang sama, takut menasihati padahal yang bicara justru pada posisi harus dinasihati. Hm.. muter-muter ya?
Intinya itu lah. Untukmu.. teman, sahabat... kalau kamu tahu atau denger, atau lihat langsung aku melakukan kesalahan. Tell me.. kasih tahu aku, entah gimana caranya. Jangan cuma diam. Kalau diam sambil doain, boleh hehe.
Aku kadang memang peka, tapi sering juga tidak peka. Jadi jangan ragu untuk mengingatkan, menegur menasihati diriku. Ok?
Terakhir, untuk kakakku, loh? Aneh ya? Terkesan nggak nyambung. Tapi menulis ini mengingatkanku pada kakakku. Kangen.. dan terima kasih, karena kakakku tipe orang yang tidak pernah ragu untuk menunjukkan kesalahanku. Aku mungkin lebih sering tidak nyaman dengan sifatnya yang blak-blakan plus ngasih tahu ke mamah hehehe, tapi sekarang aku paham. Maksudnya Mba Ita baik, supaya aku ga melakukan kesalahan lagi, supaya aku.. sadar, kalau yang aku lakukan itu salah.
Allahua'lam.
***
Tulisan diatas draft tanggal 26 Februari. Hari ini aku buka draft dan coba menyelesaikannya. Tulisan mendadak ramah juga aslinya dari draft. Mau ngelanjutin tulisan ini tapi dari sudut pandang yang harus ditegur/dinasihati.
***
Aku
jadi ingin bertanya. Jika aku melakukan sebuah kesalahan, dan kamu
melihatnya langsung, apa yang kamu lakukan? Lewat cara apa kamu
mengingatkanku?
Tapi perasaan marah itu hilang, sekejap ketika aku memposisikan diri sebagai yang bersangkutan. Aku mungkin sama, aku mungkin juga memilih sikap yang sama. Mungkin aku juga diam, kemudian menuliskan itu sebagai nasihat untuk diri sendiri. Karena aku, dan dia memiliki ketakutan yang sama, takut menasihati padahal yang bicara justru pada posisi harus dinasihati. Hm.. muter-muter ya?
Intinya itu lah. Untukmu.. teman, sahabat... kalau kamu tahu atau denger, atau lihat langsung aku melakukan kesalahan. Tell me.. kasih tahu aku, entah gimana caranya. Jangan cuma diam. Kalau diam sambil doain, boleh hehe.
Aku kadang memang peka, tapi sering juga tidak peka. Jadi jangan ragu untuk mengingatkan, menegur menasihati diriku. Ok?
Terakhir, untuk kakakku, loh? Aneh ya? Terkesan nggak nyambung. Tapi menulis ini mengingatkanku pada kakakku. Kangen.. dan terima kasih, karena kakakku tipe orang yang tidak pernah ragu untuk menunjukkan kesalahanku. Aku mungkin lebih sering tidak nyaman dengan sifatnya yang blak-blakan plus ngasih tahu ke mamah hehehe, tapi sekarang aku paham. Maksudnya Mba Ita baik, supaya aku ga melakukan kesalahan lagi, supaya aku.. sadar, kalau yang aku lakukan itu salah.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya