Follow Me

Saturday, March 11, 2017

Pilihan, Keputusan, dan SensiMe

#SensiMe

Bismillah.

Wah, udah lama ga nulis ini. Kok tiba-tiba? Ditulis untuk diri sendiri, bisa jadi salah. Just my opinion.

***

Setting: question and answer in one kind of social media
Q: Bismillah. saya sdg menghafal al-quran di pesantren. Tp, sy dpt tawaran kerja dr instansi pemerintah. Setelah lulus kuliah lansng psantren, tdk lamar2 kerja. Eh ditengah perjalanan sya dilamar kerja kang. Apkh sy menerimanya/berlanjut menghafal?

A: Godaannya orang yang sedang proses menghafal Qur’an atau punya target Qur’an, komitmen Qur’an dan azam tertentu biasanya juga gak sepi dari ujian dan godaan. Bisa dengan sakit, dengan banyak tawaran kerja yang menggiurkan atau banyak tawaran nikah. Meskipun ada orang yang sudah menikah kemudian bisa selesai hafalannya, namun sebagian besarnya biasanya tidak demikian. Yang sudah selesai saja kalau belum mutqin sekali dan tidak benar-benar dijaga karena sudah sibuk dengan pekerjaan juga jadinya berantakan.

Tapi bagaimanapun keputusan ada di anti sendiri. Kalau saya kasih masukan, kenikmatan menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan kemampuan menjaganya dengan baik, tidak akan bisa digantikan dengan tawaran apapun, meski tawaran itu terlihat sangat menjanjikan. Jika pegawai instansi pemerintah dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah dan negara, lalu apa sulitnya bagi Allah untuk mensejahterakan dan menjamin kecukupan para pegawaiNya yang sungguh-sungguh menjaga Al-Qur’annya?
- suatu sosmed yang tidak ingin saya sebut namanya
Membaca jawabannya, aku setengah setuju setengah tidak setuju. Mungkin karena sedang masa sensi, tapi menurutku jawabannya kurang memuaskan. Ia memang memberi nasihat, dan memang menekankan, kalau keputusannya ada di tangan si penanya. Jawabannya ga salah, kan ini namanya opini, that's what he thinks better. Dan itu sah-sah aja, setiap orang punya opini. Tapi aku... aku merasa penjawab itu agak sok tahu. Eh. 

Gimana ya jelasinnya? Aku juga pernah gitu masalahnya, menganggap apa yang terlihat islami seolah lebih baik daripada yang tidak terlihat islami. Misal poster ngajak baca quran lebih baik kesannya daripada poster yang mengajak buang sampah pada tempatnya. Padahal kan? Dua-duanya sama-sama baik, kebersihan juga merupakan sebagian dari iman. Semacam itu...

Kita tidak bisa benar-benar tahu mana yang lebih baik untuk diri kita, opsi A atau opsi B? Membaca quran itu cuma untuk diri kita, tapi buang sampah di tempatnya, manfaatnya bukan cuma untuk kita, tapi untuk orang lain juga. Aku ga bilang opsi B lebih baik, soalnya balik lagi, kita tidak bisa benar-benar tahu mana yang lebih baik untuk diri kita. Kalau kita ga tahu, tentu kita tanya pada yang lebih tahu, ke konsultan, atau ke orang tertentu yang kita percaya (orang tua, ustadz, dll), dan itu boleh, bertanya pada yang berilmu itu boleh.

Kesensianku ini.. karena.. aku tidak melihat jawaban agar selain bertanya pada orang-orang terpercaya, hendaklah kita juga bertanya pada Allah. Ada shalat istikharah.. kita bisa bertanya pada Allah. Itu sih poin tulisan ini. Bertanyalah pada Allah, Allah knows better than anyone what's better for you.

Kita boleh berusaha bertanya ke sana- kemari, itu juga bentuk ikhtiar, kalau kita.. tidak ingin sekedar moody dalam memutuskan sesuatu yang mungkin nantinya berpengaruh banyak dalam hidup kita. Tapi kita juga tidak boleh lupa untuk bertanya pada Allah. Semoga Allah tunjukkan yang terbaik.. Allah dekatkan yang memang baik untuk kita, dan Allah jauhkan.. jika memang itu tidak menjadikan kita lebih baik.

***

Terkait minta nasihat. Selain hal yang buat aku sensi, aku sebenernya juga salut sama jawabannya. Dimana ia membold-kan kalimat kalau keputusannya ada di tangan penanya. Ini yang tidak boleh kita lupakan, setiap keputusan ada di tangan yang memutuskan. Jadi, jangan sampai kita menyalahkan orang lain, atas keputusan yang kita ambil. "Kamu siih.. dulu nyaranin aku milih ini", jangan gitu.

Kalau misal udah hasil istikharah tapi ternyata dalam realisasi keputusan, di perjalanan ternyata konsekuensinya berat, jalannya terjal, ngadat-ngadat. Ini juga jangan nyalahin Allah. Keep your faith. Allah knows what's better for you. Bahkan pada hal-hal yang tidak kamu sukai, jika Allah menunjukkanmu untuk lewat jalan itu, jalan sempit, menanjak dan terjal itu.. melewati jalan itu pasti akan memberikan kebaikan untukmu. Jikapun kebaikannya tidak dirasakan sekarang, bahkan tidak dirasakan di dunia, semoga kelak menjadi tabungan kita di akhirat. Bahwa kita.. sudah berusaha menjadi hamba yang baik, yang menjalani takdir kita masing-masing sebaik yang kita bisa.

Manusia selalu melihat hasil, siapa yang paling cepat sampai finish, siapa yang cumlaude, siapa yang gajinya paling besar. Tapi Allah melihat effort kita, setiap usaha di nilai, bahkan sekedar niat baik... Allah hitung satu. Niat... unseen thing. Hanya Allah yang tahu. This unseen thing will decide the value of our 'amal. Kita tidak pernah tahu kan.. amal mana yang besar/bernilai di mata-Nya.

Semangat beramal baik~ Involve Allah in our life, in your decision, in your happy times, in your struggling times. Tidak mudah memang, tapi bisa.. pasti bisa, dengan izinNya..

Allahua'lam.

***

PS: Oh iya, di semua tulisan sensiMe, sebenarnya, tidak ada yang salah dengan orang lain. Aku aja yang sensi. Menuliskan sensiMe aku harap bisa membuatku mengambil hikmah/pelajaran dari sifatku ini. Agar sensiMe, tidak melukai orang lain. Kalau memang tulisan ini melukai, tolong ingatkan aku. In syaa Allah bisa segera aku balikin ke draft. (:

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya