Follow Me

Wednesday, May 29, 2019

Anak yang Berkata "Uffillakuma" pada Orang Tuanya (2)

Bismillah.

-Muhasabah Diri- 

Masih dari video khutbah Ustadz Nouman yang berjudul The Quranic Essense of Parenting.


Al Quran surat Al Ahqaf ayat 17 meng-capture skenario yang terjadi di dalam rumah, 'pertengkaran' antara orangtua dan anak. Anak yang 'rebel out of control', anak-anak yang sudah besar dan dewasa, namun tenggelam dalam hitamnya kehidupan. Membuat orangtua mereka bersedih, berdoa pada Allah akan kebaikan anaknya. Namun… ada titik dimana orangtua juga terbawa emosi dan perasaan frustasi sehingga mengucapkan kata-kata kasar pada anaknya. Kata-kata menyakitkan, yang tidak hanya menoreh luka pada hati sang anak, tapi juga hati yang mengucapkannya. 

Orang-orang yang paling kita cintai, seringkali justru adalah orang-orang yang menimbulkan kepedihan dalam hidup kita. 

Photo by Picsea on Unsplash

***

Dalam khutbah tersebut, Ustad Nouman mengingatkan kepada kita, sebagai anak. Agar memahami bahwa apa yang kita lakukan, jika itu melukai hati orang tua, itu bukan hal kecil.

Understand the crime you've committed against your parent isn't a small one. That is not a small crime. Ulaikalladzina haqqa 'alaihimul qaul (Al Ahqaf : 18), those are the people that the word, meaning the verdict of punishment is righfully deserved by those young people. Fi umamin qad khalat min qablihim minal jinni wal insi. This is the same story for all kinds of nation of jin and human beings. Rebellion has always been there.

Allah menyebutkan di ayat berikutnya..

أُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ ٱلْقَوْلُ فِىٓ أُمَمٍۢ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِم مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ خَـٰسِرِينَ 

Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. [Surat Al-Ahqaf (46) ayat 18] 


Ulaikalladzina haqqa 'alaihimul qaul (Al Ahqaf : 18) telah pasti ketetapan (azab) atas mereka. TT 

Allah mencatatnya, dan kelak setiap anak yang mengucapkan "uff", mengucapkan kalimat kasar yang menyakiti kedua orang tuanya, akan ditetapkan balasannya. TT Semoga kita bukan termasuk di dalamnya. 

Fi umamin qad khalat min qablihim minal jinni wal insi (Al Ahqaf : 18). Cerita ini, gambaran skenario ini, sudah terjadi sejak dulu baik dari umat jin dan manusia.

Innahum kanu khasirin (Al Ahqaf : 18). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Bukan hanya di akhirat, namun juga di dunia.

Innahum kanu khasirin. They're always been looser. You will not win in life. You will hurt your parents, you'll rebel against them, you'll run away from them. You'll do whatever you'll feel like doing, thinking "I'm just living my life, let me breath". You'll never find happiness, you'll always be looser. You'll always find yourself in loss. Because of the suffering you caused your parents.

Kita mungkin sudah hafal dengan kutipan terkenal bahwa ridha orang tua adalah ridha Allah. Allah menegaskannya di ayat ini. Hidupnya tidak akan bisa bahagia, selama orang tuanya masih menyimpan luka. 

Ayat ini juga mengingatkan, untuk mengecek hubungan dengan orang tua. Saat hidup terasa sulit, dan masalah bertubi datang, mari tengok, adakah luka yang pernah kita gores di hati orangtua? Sengaja maupun tanpa di sengaja? *I still have to learn so much about this TT 


***

Ustad Nouman menjelaskan, bahwa kita mungkin memiliki keraguan atau pertanyaan tentang agama. Tapi sikap kita pada orang tua kita tetap harus dijaga. 

It's okay for you to have doubts, it's okay for you to question why are we following this religion, that's fine. But the way in which you dealt with your parents was merciless. They gave you love, care and mercy, and you gave nothing but pain in return. Innahum kanu khasirin.

Dan jika.. Kita merasa contoh-contoh dalam tulisan sebelumnya, atau penjelasan ayat 17 rasanya bukan kita. Mungkin terlalu buruk, dan kita tidak 'sebegitunya', tahukah apa yang Allah firmankan di ayat berikutnya? 

وَلِكُلٍّۢ دَرَجَـٰتٌۭ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَـٰلَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ 

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan. [Surat Al-Ahqaf (46) ayat 19] 

Walikulli darajatummimma 'amilu (QS Al Ahqaf : 19). Dan bagi masing-masing mereka sesuai derajat yang mereka lakukaan.

In other words, some people are extremely rebellious. Some people are not praying anymore or some people are doing some haram things in life. And they're rebelling. Some people have left Islam all together, and they were cursing Islam, cursing the Prophet, cursing the Quran, that's happening too. According the degree of your crime, Allah will deal with you.

Allah memang memberikan kita satu gambaran, skenario terburuknya. Bukan berarti setiap orang sesuai dengan gambaran tersebut. Dan Allah mengetahui itu, Allah menyebutkannya dalam ayat 19. 

Walikulli darajatummimma 'amilu, waliyuwaffiyahum a'malahum wahum la yuzhlamun. They're going to be compensated fully for whatever they did. They're not going to be the ones that are wronged.

Allah Maha Adil, Allah tidak pernah mendzalimi hamba-Nya. Dosa atau perbuatan buruk akan dibalas dengan yang setimpal, sedangkan pahala, Allah berikan kompensasi yang berlipat-lipat. Allah ar rahman, ar rahim. Tidak hanya itu… bahkan dosa yang kita sesali, kemudian kita bertaubat darinya, serta kita mintakan ampunan pada Allah atasnya, Allah menutupnya, Allah mengampuninya. Wallahu ghafururrahim. TT Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fuani. 

***

Lalu bagaimana pelajaran yang bisa diambil orang tua dari ayat-ayat ini?

To the parents that may be going through this kind of suffering. May Allah azza wajall protect all of our parents from over having to see these difficult days.

Ustad Nouman mengingatkan kita, bahwa pertama, bahkan seorang Nabi juga tidak 'selamat' dari realita ini. Nabi Nuh, Nabi Ya'qub. Bahkan Nabi Ibrahim juga 'merasa takut' (terrified), dan berdoa. Wajnubni wa baniyya an na'budal ashnam (QS Ibrahim : 35), dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala. Ini artinya kita tidak bebas dari concern ini. 

In the ayah there's an isyarah. There's an indication. When your son is 18, 19, 20, 25, 28, 30. He's an adult, maybe a young adult, maybe a very immature adult, maybe one that made horrible terrible mistakes in life. But then again, he's still still an adult, and when that child, or that man, or that woman is an adult, and they're making mistakes in life, what is your role? You and I have to remember, rufi'ul qalam, the pen has been lifted. As far as our responsibility is concerned, our job was to raise them to the point where they become adults. Once they are adults, they are directly responsible to Allah.

Ustad Nouman mengingatkan kembali, untuk membedakan bahwa kita memang memiliki tanggung jawab, tapi kita tidak memiliki kontrol atas anak-anak kita. Rufi'ul qalam, penanya sudah terangkat. Takdirnya sudah tertulis. Tugas kita adalah mendidik anak kita dengan sebaik-baiknya. Setelah ia dewasa, mereka memiliki tanggung jawab langsung kepada Allah atas dirinya. 

Namun seperti yang disebutkan di tuliskan di bagian pertama. Apakah saat anak sudah dewasa, rasa cinta, kasih sayang, dan perhatian orangtua pada anak berhenti? Tentu tidak. Perasaan itu Allah berikan, sebagai fitrah kita, kita menyayangi anak-anak kita, buah hati dan darah daging kita. Namun ada hal yang perlu kita ingat, peran kita sebagai orangtua bukan berarti kita memiliki kendali pada mereka, anak-anak kita. 

The more you try to control them at that age, the more you tell them what to do, the more you try to tell your 18 years old, your 20 years old, your 25 years old to pray, pray, pray, the farther they will run from the prayer. The more annoyed they will become, they will actually distance themselves from you. They will want nothing to do with you.

Jika kita berusaha mengendalikan anak kita, dan menyerbu mereka dengan pengingat dan nasihat bertubi-tubi, tanpa melihat momen yang tepat. Lagi dan lagi. Cara tersebut justru akan memperburuk keadaan. 

Ada dua level hubungan kita dengan anak, terutama saat mereka bukan lagi anak kecil. Ada hubungan spiritual, dimana kita memberikan nasihat, pengingat, itu hubungan spiritual. Dan ada juga hubungan emosional. Seorang ibu tetaplah seorang ibu. Ia menyayangi anaknya, meskipun anaknya mungkin bukan orang yang baik. No matter if he's the worst human being on earth, she's still gonna love her child. Begitupun sang anak, meski ia sudah 45 tahun, ia masih membutuhkan dukungan emosi dari ibunya. Perasaan bahwa orang lain mungkin meninggalkanku, tapi ibuku akan menerimaku. 

He still turns to his mother for love and care. He still should feel like no matter who turns me away, my mother will never turn me away.

Dua hal ini. Peran sebagai pembimbinng spiritual, mentor spiritual dan peran sebagai ayah atau ibu, adalah dua hal yang terpisah. Kita harus memisahkan dua hal ini. 

Saat anak jauh dari Allah, memberontak (rebel), maka mereka tidak membutuhkan orangtuanya sebagai dai. Mereka tidak membutuhkan orangtua sebagai penasihat spiritual. Karena itu justru akan mendorongnya semakin jauh dari Allah. Yang mereka butuhkan adala sosok ibu, sosok ayah. 

They just need you to be a mom right now. Just make them food, don't talk about deen for a while, don't bring it up. Because you know the last ten times you brought it up what happened? You should learn from your own experience's advice. The father, don't lose your cool, don't start complaining. He comes, the son comes home once in a month, and that one month the father says, "Oh, you finally show up?" And he says, "This is why I don't come. Cause you talk like this." And he walks out again. What did you gain? What did you gain?

Kita harus berkaca pada sikap Nabi Yaqub 'alaihi salam, saat anak-anaknya membawakan baju berlumuran darah, dan ia tahu anak-anaknya berbohong, ia mengetahuinya. Ia memahami, bahwa saat ini, tidak ada yang bisa dilakukan untuk situasi tersebut. Maka kalimatnya, perkataannya dari lisannnya seharusnya terngiang pada telinga orangtua yang anaknya melampaui batas (out of control). 

Fashabrun jamil wallahu musta'an 'ala ma tashifun (QS Yusuf : 18). The only thing beautiful left now is patience. I need to demonstrate beautiful (patience). There's such a thing as ugly patience by the way. But he needs to demonstrate beautiful patience. He needs to keep a smile, maintain at least the emotional part of the relationship. "How are you doing son? Are you eating well? Is everything okay?" Don't bring up deen. Just maintain the relationship. 

Yang bisa kita lakukan saat itu, saat anak-anak menjauh dari islam dan memberontak adalah sabar, dan menjaga hubungan kita sebagai orangtua. Menapa? Karena jika tidak, setan akan datang dan membisiki pemuda dan pemudi tersebut, "Orangtuamu membencimu, mereka selalu mengkritikmu, mereka selalu menceramahimu, mereka selalu mengomel. Lupakan mereka! Jalani saja hidupmu! Pergi saja, toh mereka tidak mencintaimu. Kalau mereka menyayangimu, apa mereka akan bicara padamu sepertii ini?" Lalu mereka akan menjauh. He or she's going to go far and far and far away. 

Tugas sebagai orangtua pada saat itu mungkin lebih sulit daripada bangun tengah malam dan mengganti popok, atau pergi ke rumah sakit jam 2 saat anak-anak demam tinggi. Lebih berat daripada mengurus mereka agar siap-siap berangkat sekolah. 

All all those exhausting years that you know, that was actually easier. What you're being asked to do now is much harder, to demonstrated beautiful patience, and maybe to find other sources to give them advices. Not you.

Anak-anak, pada umur tertentu diprogram untuk sulit mendengarkan nasihat orangtua mereka (termasuk kita). Mereka mendengarkan nasihat spiritual dari orang lain lebih mudah, ketimbang mendengar nasihat dari orangtua. 

Ustad Nouman bahkan mengatakan, ada anak-anak yang membencinya karena orangtua mereka terus memaksa untuk menonton video ceramahnya. 

You'll take advice from anyone except if it comes from your father. If it comes fro/m your father, you're annoyed before he even open his mouth. You're agitated. Your mother says watch this video, listen to this here, listen to this. "Oh god! Here she goes again." You know, there are people who come up to me, "I hate you!". Like, what did I do? "Because my mother makes me watch your video all the time, I can't stand you". Please don't make your kids watch my videos.

Cara kita mengingatkan anak kita, metode kita terus menerus memborbardir mereka dengan nasihat, justru bisa membuat mereka makin jauh dari islam.

Please, I'm telling you.. You're pushing them farther away. It doesn't help. You can't shove religion down their throats. Just be parent, just be parent. As painful as it is, as rebellious as they've become, they need something else from you.

Bahkan di Surat Luqman, bahasan terpanjang dalam quran tentang parenting. Kita harus melihat bagaimana Allah mendeskripsikannya.


وَإِذْ قَالَ لُقْمَـٰنُ لِٱبْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَـٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِٱللَّهِ ۖ إِنَّ ٱلشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌۭ 

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". [Surat Luqman (31) ayat 13] 

Idzqala luqmanu libnihi wahuwa ya'idzuhu (QS Luqman : 13).

There's a lot of conditions, when at the very moment when Luqman said to his son, while he was in a position to counsel him. In other words, Luqman doesn't just give his son lecture after lecture after lecture. He finds the right time, the right opportunity. He thinks of a strategic opportunity and then he brings up.

Luqman tidak menceramahi anaknya setiap waktu. Wahuwa ya'idzuhu menunjukkan bahwa Luqman mencari waktu dan momen yang tepat, kapan ia bisa memberikan nasihat. Ada strategi di dalamnya.

Ya bunayya la tusyrik billah. My son, take Allah seriously, don't do shirk with Allah. He doesn't just throw that lecture on his son constantly. He's actually, wahuwa ya'idzuhu suggesting he was very strategic. If the opportunity presents itself, well then good. If it doesn't then take your time, be patience.

Orang tua mungkin sudah tahu. Sudah pernah berada di situasi adu argumen dan diskusi alot dengan anak-anaknya. Jika metode dan caranya sama, kita tahu akhirnya akan sama. Suara yang naik, kemudian salah satu pihak pergi dan membanting pintu. Kita seharusnya bisa lebih pandai, dan tidak terperangkap pada situasi yang sama.

Be smart about it! Don't walk into that same trap again. I never want to be the kind of parent that has to say, wailaka amin, to get to the point where I lose it and I start cursing, and I start yelling and screaming at my children. And I never want to hear from my children, this religion is nothing but old stories. And they're not saying it because they're disbelieve in religion. They're saying it because they're annoyed with their parents. They can't take it anymore. This conflict, this tension needs to be brought down.

Jangan sampai skenario yang Allah gambarkan dalam Al Ahqaf ayat 17 terjadi di rumah kita.

Terakhir, kututup dengan doa yang sama dalam khutbah ustad Nouman.

May Allah azza wajall make us wiser parents, and make us more obedient children. May Allah azza wajall soften the hearts of both parents and children towards Allah's Deen. And May Allah azza wajall ease the suffering of the families that are having problems with their children. And May Allah azza wajall gives the children the sense and the guidance to come back and make taubah. Barakallahuli walakum fil Quranul Hakim, wa nafa'ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim.

Semoga Allah menjadikan kita orang tua yang lebih bijak, dan menjadikan kita anak-anak yang lebih patuh. Semoga Allah azza wajall melembutkan hati baik orangtua maupun anak terhadap agama Allah. Dan semoga Allah mudahkan penderitaan keluarga yang memiliki masalah dengan anak-anaknya. Dan semoga Allah azza wajall memberikan petunjuk dan bimbingan pada anak-anak agar kembali dan bertaubat. Barakallahuli walakum fil Quranul Hakim, wa nafa'ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim.

Allahua'lam bishowab.

***

PS: Saya banyak menggunakan kata ganti 'kita' untuk menggambarkan orang tua yang bermasalah dengan anak-anaknya, tapi kita berdoa, semoga kita bukan termasuk di dalamnya. Rabbij'al hadzal balada amina, waj'alni wa baaniyya an na'budal ashnam. Aamiin.



وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَـٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًۭا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ 

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. [Surat Ibrahim (14) ayat 35]

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya