Kemarin satu kata ini membuatku sedikit lebih bersemangat, kata "mencari". Kubaca sebuah tulisan tentang lailatul qadr, pembahasan tiap ayatnya, keistimewaannya, sunnah yang biasa dilakukan Rasulullah. Juga sebuah kalimat, bahwa yang berkesempatan mendapatkan lailatul qadr bukan hanya yang bisa itikaf, tapi juga untuk siapapun yang berusaha mencarinya, seorang ibu yang memenuhi malamnya dengan ibadah di rumah, atau bahkan seorang perempuan yang sedang haid dan memenuhi waktunya dengan dzikir dan murajaah. Kata mencari, seketika menumbuhkan sebuah harapan.
Tapi jujur saja, malam ini aku justru dibuat meragu, dan bertanya pada diri, lewat satu kata yang sama. Mencari, benarkah aku mencari lailatul qadr? Waktu yang berlalu ini, aktivitasku beberapa menit yang lalu, apa ini sesuai dengan kata 'mencari'?
Hari ini, aku menulis terlalu malam lagi. Padahal harusnya, semua kegiatan diselesaikan sebelum magrib tiba. Agar setelah magrib, aku bisa fokus melakukan ibadah yang lain.
Waktu yang berlalu tidak bisa diputar ulang. Tidak mengapa, jangan terlalu lama menundukkan kepala menyesalinya. Lebih baik sekarang fokus menjalani detik berikutnya. Buat rencana, pastikan esok lebih baik. Pastikan malam ini, tekadmu untuk mencari lailatul qadar tertanam lebih kuat, dan bukan sekedar angan-angan yang melintas bak layang-layang.
Allahumma a-inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni 'ibadatika. Ya Allah tolonglah aku untuk selalu mengingatMu, bersyukur kepadaMu, dan memperbagus ibadah kepadaMu. Aamiin.
Allahua'lam.
19 Ramadhan 1439H | 4 Juni 2018
©BetterWord | Refleksi Ramadhan
***
Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya