-Muhasabah Diri-
Alhamdulillah, diingatkan oleh Allah salah satu manfaat stay in circle. Ada agenda yang hanya bisa dihadiri yang stay in cirle, mukhayyam quran.
Meski aku ga bisa ikut acaranya full, hanya hadir beberapa jam, tapi itu cukup. Cukup untuk men-charge ruhiyah. Cukup untuk jadi booster semangat agar makin mesra dengan Alquran. Adanya target tilawah, keberadaan musyrifah, serta duduk dan menyimak taujih. Alhamdulillah.*
***
Ada yang bingung? Hehe. Abaikan saja. Baca ini aja, catatan agenda 25 Mei yang lalu.
Ada kalanya kita harus memisahkan diri sejenak dari kesibukan rutinitas kita, mengesampingkan "masalah kita", dan menikmati hari bermesraan dengan quran. Lewat tilawah, murajaah, menghafal, serta membaca ayat-ayatnya dalam shalat malam kita....
وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَـٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَـٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًۭا
Berkatalah Rasul: "Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan". [Surat Al-Furqan (25) ayat 30]
Ada beberapa pendapat, salah satu indikasi mereka yang menjauh 'mahjura', adalah yang tidak mengkhatamkan quran dalam dalam kurun waktu tertentu. Ada pendapat satu tahun minimal dua kali khatam, ada pendapat satu bulan minimal sekali khatam, ada juga pendapat 40 hari minimal sekali khatam.
...
Ibnu Mas'ud berkata, "Barangsiapa yang ingin tahu apakah ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, perhatikanlah, jika ia mendzahirkan kecintaannya pada Al Quran, maka kecintaannya benar. Dan barangsiapa yang kufur ia termasuk orang yang rugi"...
Ada tiga tingkatan membaca Al Quran. Qiraah, membaca tanpa memahami, termasuk yang membaca terbata-bata. Tilawah, membaca quran dengan tartil, disertai tadabbur. Dirasah, membaca quran dengan mempelajari tafsirnya.
....
Yang menjadi fokus dalam tarawih atau qiyamul lail seharusnya bukan hitungannya, tapi pada lamanya berdiri.
Diingatkan cerita saat Aisyah shalat malam membaca satu ayat berulang-ulang. Dari malam (dini hari) sampai mendekati shubuh. Ustadz yang mengisi taujih [1] mengingatkan bahwa untuk qiyamulail kita diperbolehkan membaca ayat yang mudah. Faqra`u ma tayassara minal qur`an. "Karena itu maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran."
Ustadznya ngasih contoh, kalau diluar agenda tersebut, kita tiap hari ngafalin satu ayat sehari, dan menggunakannya di QL. Tapi tiap rakaatnya ga cuma dibaca sekali. In syaa Allah pasti hafal. Harusnya ketemu lagi di agenda berikutnya udah nambah hafalan sekitar 180 ayat. **speechless, malu sendiri mengingat diri TT
...
Jadikanlah Al Quran sebagai cahaya yang menerangi dan hujan yang menyejukkan di musim kemarau.....
Ada dua hal tentang menghafal dari taujih yang sekilas terdengar kontradiksi. Pertama tentang menghafal quran itu wajib, karena untuk menyempurnakan shalat kita. Kedua, menghafal itu harusnya otomatis. Karena menghafal suatu ayat itu merupakan efek dari intensitas kita berinteraksi dengan quran.
Seperti oran-orang yang terbiasa yasinan, mungkin tidak pernah meniatkan untuk menghafalnya. Tapi karena seringnya membaca yasin, efeknya, jadi hafal sendiri.
Ustadz tersebut juga memberi contoh kisah nyata, ada orang jawa barat yang membiasakan mengkhatamkan quran 1 pekan sekali. Dan itu istiqomah ia lakukan selama 10 tahun. Sampai suatu saat ia terkena katarak dan tidak bisa membaca al quran. Trus karena kecintaannya, dan kebiasaannya mengkhatamkan quran 1 pekan sekali, ia rindu. Akhirnya ia meminta cucunya untuk menyimak bacaan qurannya, dan ia bisa mengkhatamkan quran tanpa 'membaca' quran. Artinya, kebiasaannya dan kemesraannya dalam membaca quran, menjadikan ia hafal quran. TT
...
Agar makin 'mesra' dengan quran, kita harus melakukan tiga hal. Taaruf, dengan cara sering-sering mengkhatamkannya. Install, menanamkan ayat pada memori hati dan otak. Sehingga saat kita membacanya, kita bisa ingat tulisannya, letak ayatnya di sebelah mana, dll. Dan yang ketiga, qiyamul lail, membacanya dalam shalat.....
Seperti kita memiliki niat untuk umrah dan haji, seperti itu juga seharusnya kita memiliki niat untuk hafal quran.
***
Sejujurnya, bagiku stay in circle itu tidak mudah. Sebulan sebelumnya, aku sudah tidak betah, karena aku merasakan kembali alasan kenapa dulu aku memilih untuk tidak stay in circle. Tapi Ramadhan ini... Allah seolah mengingatkanku. Aku ga boleh berjalan sendiri, ada banyak kebaikan yang bisa di dapat dari amal jama'i. Salah satunya hari itu. Momen seperti itu.
***
Keterangan:
[1] Ustadz Cecep, dari Banjar
*Big thanks to my sister, cause she process it fast when I say "maybe I need to join 'a circle' again."
PS: Menulis ini sembari teringat pengalaman pertama kali, di kota baru parahyangan, selepas taujih malam, di tempat penginapan. Pemandangan teteh-teteh shalihah yang memilih minum kopi untuk berlama-lama dengan quran, meski mata dan badan sudah minta istirahat. Juga teringat musyrifah di agenda tersebut, dua kali bertemu, motivasi darinya, "pertemuan berikutnya, berarti nambah lagi ya?". Malu, karena perjalanannya tidak sesuai rencana, banyak terjatuh, dan tertatih. Tapi Allah masih memberikan hidayahNya. Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil 'alamin.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya