Follow Me

Monday, May 27, 2019

Anak yang Berkata "Uffillakuma" pada Orang Tuanya

Bismillah.

Dari video khutbah Ustadz Nouman yang berjudul The Quranic Essense of Parenting.

Di awal khutbah, ustadz Nouman memberikan beberapa contoh interaksi anak dan orangtua dalam Al Quran, yang dari contoh-contoh tersebut didapatkan beberapa hal. Pertama, lingkungan memang mempengaruhi manusia, namun kita diberikan kemampuan oleh Allah untuk berpikir, melihat dan mendengar. 


Kedua, bahwa orangtua memiliki tanggungjawab untuk mendidik dan menyediakan lingkungan yang supportif namun tidak mempunyai kontrol atas iman anaknya. 


Kewajiban orangtua ini hanya sampai anaknya baligh atau dianggap dewasa menurut aturan Islam. Rasulullah juga mengingatkan pada Fatimah bahwa posisinya sebagai anak Muhammad tidak menjamin apapun di hadapan Allah. 

Ya Fatimah bintu Muhammad. He says, Fatimah daughter of Muhammad. Ittaqillah. You need to be cautious of Allah, fa inni la amliku laki minallahi syai'a. I no doubt will have no authority to make any case on your behalf in front of Allah. You'll have to stand on your own. I know you're my daughter, but even that doesn't get you anywhere, even that's not enough. You're going to have to stand on your own merits in front of Allah. This is an important teaching that we need to understand.

Namun meski anak sudah dewasa bukan berarti rasa cinta, kasih sayang, dan perhatian orang tua pada anak berhenti.

Photo by Picsea on Unsplash
***

Khutbah ini disampaikan oleh ustadz Nouman karena ia banyak bertemu dengan orangtua dan menemukan permasalahan yang sama. Banyak orangtua yang bercerita tentang anak mereka yang rebel, jauh dari islam. Anak tersebut mungkin sudah tidak lagi melaksanakan shalat, tidak pernah membaca quran, minum alkohol, berpacaran, dll. Dan orangtua yang menyaksikan itu, berusaha mengingatkan anaknya untuk shalat, untuk menjauhi zina, membacakan ayat ini, hadits itu. Namun bukannya menjadi lebih baik, anak tersebut justru membantah, tidak mau mendengarkan, membanting pintu, serta mengakibatkan pertengkaran-pertengkaran. Beberapa kasus, anak bahkan menjauh dari orangtua karena merasa setiap pulang ia akan disajikan dengan ceramah yang berantai-rantai. Atau ada juga kasus dimana anak secara fisik menyakiti orangtuanya. Atau kasus anak yang tadinya sangat baik, menghafal quran, tapi tiba-tiba entah apa yang ia alami, menjadi anak yang tidak lagi 'dikenali' orangtuanya. 

وَٱلَّذِى قَالَ لِوَٰلِدَيْهِ أُفٍّۢ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ ٱلْقُرُونُ مِن قَبْلِى 
وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيْلَكَ ءَامِنْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ فَيَقُولُ مَا هَـٰذَآ إِلَّآ أَسَـٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ

Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka". [Surat Al-Ahqaf (46) ayat 17]

Allah menggambarkan kondisinya adi surat Al Ahqaf ayat 17. Allah berfirman, walladzi qala li walidaih (QS Al Ahqaf : 17), dan mengatakan kepada kedua orangtuanya, uffillakuma, I've had it enough both of you, uffillakuma. Orang ini merasa muak dengan nasihat dan pengingat dari kedua orangtuanya. Ibunya terus mengingatkan, "shalat, shalat, shalat", ibunya terus menasihati "jangan melakukan itu", "pulanglah lebih awal", dll. Orangtuanya terus memberikan nasihat dan nasihat, ceramah, mengutip ayat dan hadits. Anaknya begitu muak dan merasa cukup, "cukup!! Aku tidak mau mendengar kalian lagi!" 

Ata 'idanini an ukhraja, "kalian terus mengingatkanku, bahwa aku kelak akan dibangkitkan dari kuburku?" Waqad khalatil qurunu min qabli. "Begitu banyak orang sudah mati, namun tidak ada satupun yang kembali. Sudahi pembicaraan tentang neraka adan surga ini. Let me live with my life! Aku hanya ingin menjalani hidupku. Aku hanya ingin bahagia! Mengapa kalian terus berbicara tentang agama? Ok, fine! Bahkan jika aku ke neraka, itu masalahku, apa hubungannya dengan kalian?" Lalu anak itu membanting pintu dan pergi. 

Allah lewat ayat-Nya menggambarkana situasi ini. Bukan situasi baru, scene ini bahkan juga terjadi ribuan tahun yang lalu.

Lalu bagaimana orangtuanya? Wahuma yastaghitsanillaha. (QS Al Ahqaf ayat 17) Mereka memohon kepada Allah. Sang ibu menangis di setiap shalatnya. "Ya Allah, anakku, anakku, my son, my son, my daughter.. What do I do? Apa yang harus aku lakukan? Dia dulunya memakai jilbab, dia dulu menghafal quran, namun sekarang ia berubah menjadi orang lain. Aku tidak tahu ia sedang apa, dengan siapa ia bergaul. Aku menemukan narkoba di kamarnya. Kemarin ia bau alkohol. Ya Allah, apa yang harus kulakukan??" 

Yastaghitsanillah. Ustadz Nouman menjelaskan, istighast artinya saat sebuah kota begitu kekeringan, tidak ada hujan yang turun, sangat kering, dan tidak ada air. Orang-orang memohon dengan sangat kepada Allah untuk hujan. 

Istighats is actually means when a town is desperate, it hasn't had any rain and it's drying and drought. And people desperately turn to Allah for a miracolous rain. Wahuma yastaghitsanillah means they were asking for a miracle from god himself.

Orangtuanya memohon keajaiban dari Allah. Kemudian mereka berkata pada anaknya, wailaka amin (QS Al Ahqaf ayat 17). Curse you, believe!! Orangtuanya juga kehabisan kesabaran. Mereka tidak bisa terus memberikan nasihat lembut dan penuh kasih sayang. 

Ustadz Nouman menjelaskan bahwa kata wail bukanlah kata yang lembut. Bahkan wail merupakan salah satu nama tempat terburuk di neraka. Tapi terlepas dari itu, dalam literatur arab, wail digunakan sebagai sumpah serapah (curse) yang begitu buruk pada seseorang. 

Mengapa orangtuanya sampai mengucapkan wailaka? Karena anak ini, tadinya merupakan buah hati yang sangat mereka cintai. Mereka berkorban banyak untuk membesarkannya. Dan anak yang mereka sayangi telah memberikan rasa sakit yang begitu banyak. Sehingga yang tadinya mereka berdoa untuk anak tersebut, kini yang keluar dari lisan orangtuanya justru perkataan yang buruk. Amarah dan perasaan frustasi mendorong ayah atau ibu untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Dan Al Quran, mengetahui, bahkan menggambarkannya. Quran captures it. 

Wailaka amin. Celaka kamu, mengapa kamu tidak beriman? Mengapa kamu tidak bisa menjadi selayaknya anak normal? Mengapa kamu tidak bisa seperti orang-orang lain, mengapa kamu tidak bisa seperti Yusuf? Mengapa kamu harus menjadi seperti ini?

Selanjutnya, masih di ayat yang sama, apa yang digambarkan dalam quran?

Anaknya membantah perkataan kedua orangtuanya. fayaqulu ma hadza illa asathirul awwalin. Apa yang kalian katakan tidak lain hanyalah cerita orang terdahulu.

Sang ibu mungkin menyebutkan ayat-ayat dalam quran, atau menceritakan anaknya tentang nabi ini dan itu, atau mengutip sebuah hadits.

"Can you keep this old stuff to yourself? I don't need this anymore. Thank you very much. I don't want none of this. You keep this stories. And you tell them to somebody who cares. Tell them, somebody who's interested."
Ma hadza illa asthirul awwalin. (QS Al Ahqaf ayat 17)

***

Ayat ini… saat kita tahu maknanya, apa yang digambarkan di dalamnya. Beberapa dari yang membacanya, atau mendengarnya, mungkin pernah mengalaminya. 

Some of you, as you listening to this, you've actually experienced something like this. You've lived it. Some of you are living in that horror in your homes, Everytime the son walks in, there's argument between the parents and the children.

Benar, bahwa Al Quran diturunkan Allah untuk memberi petunjuk untuk manusia. Huda linnas (QS Al Baqarah ayat 185). Benar, bahwa Al Quran diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Ayat ini adalah salah satu buktinya, bagaimana Allah meng-capture realita yang terjadi di dalam rumah, antara orangtua dan anak. Ayat ini seharusnya menjadi pengingat, baik untuk anak maupun orangtua, bagaimana kita harus bersikap. 

(bersambung)


Allahua'lam.

***

In syaa Allah bagian kedua akan segera ditulis. Atau kalau mau dengerin langsung penjelasan ustadz Nouman bisa nonton di link ini, atau kalau mau baca transkrip bahasa inggrisnya bisa di sini.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya