-Muhasabah Diri-
Bismillah.
move on |
Tulisan ini terinspirasi dari salah satu hal yang mengena, dari kajian Ta'lim Muta'alim episode 4, yang aku dengarkan secara online di channel mixlr.com/alfadhli.
Aku lupa awalnya dari apa, yang jelas tiba-tiba kata-kata itu muncul, "makanya, harus bisa move on!" Seingatku sedang membahas kisah seorang ahli ibadah, yang kehidupannya berakhir tragis (bunuh diri) karena tidak bisa menahan sakit. Lalu dibahaslah tentang move on, dan kasus beberapa orang yang memilih bunuh diri gegara ga bisa move on. Nah, move on di sini, ga cuma bersangkutan dengan vmj, tapi juga banyak hal.
***
Jujur aku tersentil mendengar satu kalimat itu. Karena akhir-akhir ini, aku stuck, ga bisa move on, dengan alibi 'luka lama', atau alibi 'masa lalu'. Seperti diingatkan kembali, agar jangan tertahan, agar bisa move on, dan tidak menangisi hal-hal yang lalu, which causes, I can't handle the present, cause I stucked in my past.
***
Sudah itu saja. Tidak ada solusi cara untuk bisa move on, karena aku juga ga tahu caranya, masih belum pengalaman wkwkwk. *apasi bell??
Bisa sih aku sempetin searching di google, baca satu dua artikel, dan membuat intisarinya di sini. Seperti tulisanku tentang membuat nama karakter fiksi. Tapi.... *kita lihat saja nanti hehe, aku lakukan atau ga. Hehe. Kalau iya, mungkin bisa aku tulis di postingan berikutnya.
Tapi sebenernya teorinya aku sudah tahu sih. Ridha menerima ketetapan Allah, baik yang buruk maupun yang baik di mata kita. Teorinya begitu.. dan jika ada begitu banyak kesalahan dan dosa yang pernah kita perbuat, solusinya adalah bertaubat, memohon ampunan-Nya. Itu. Selesai.
Teorinya begitu. Ketika kita tunduk menerima ketentuan Allah, selesailah urusan. Ketika kita memohon ampun atas kesalahan dan dosa kita kepada Allah, dan yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang, maka selesai urusannya. Kita bisa move on, menjalani kembali hari-hari kita dengan penuh harap kepada Allah. Kita bisa move on, dengan prasangka baik kepada Allah. Dan dengan harapan serta prasangka baik kepada Allah, Allah akan menuntun kita. Teorinya semudah itu...
Tapi setiap orang punya perjalanan yang berbeda untuk tunduk, menerima ketentuan Allah dan berprasangka baik pada-Nya. Perjalananku, perjalananmu, berbeda. Aku masih berjuang, melawan diriku sendiri, melawan pikiranku... Berjuang untuk itu... meski tak bisa kuingkari, aku masih tertatih, tersaruk, jatuh bangun. Tapi aku tidak mau berhenti berjuang, karena yang aku takutkan bukan tentang aku bisa move on atau enggak. Yang aku takutkan... kehidupanku berakhir, dalam kondisi buruk menghadap-Nya. Na'udzubillah. Tsumma na'udzubillah.
Sungguh... aku ingin pergi menghadap-Mu lagi dalam perjalananku memperbaiki diri. Bukan dalam keadaan seperti ini, hina, penuh dosa, dan keras kepala. Maka aku mohon kepada-Mu, Ya Allah... matikan aku diantara orang-orang yang taat. Minimal... matikanlah aku diantara orang-orang yang berjuang berhijrah menuju jalan-Mu yang lurus..
Ya muqallibal quluub tsabbit qalbi 'aladdinik
***
Maaf ya, kalau ada kata-kata yang tidak enak dibaca, sungguh tulisan ini ditulis untuk dibaca diriku sendiri.
Izinkan aku menutup tulisan ini dengan kalimat indah yang kukutip dari Jalan Cinta Para Pejuang, yang disusun oleh Ustadz Salim A. Fillah..
Ajarkan pada kami Bunda Hajar,
Bagaimana perasaan iman menghajar rasa khawatir dan cemburu yang membakar...
Wahai para sahabat yang menggali parit,
Bisakah kalian rumuskan dalam sebait, bagaimana nalar iman meloncat tinggi melampaui nalar munafik yang berbukit-bukit
- Salim A. FillahAllahua'lam bishowab.
***
PS: Aku ga tahu bakal ada yang baca ini selain diriku atau tidak. Tapi jika ada, doain aku ya... Doa apapun, yang baik-baik. Hehe^^ Sampai jumpa lagi, jika diizinkan Allah..
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya