Follow Me

Monday, November 7, 2016

Bukan Sekedar Tulisan

-Muhasabah Diri-

Bismillah.

Stressor pada manusia milik segala umur, selalu menghadang setiap saat dan meruntuhkan jiwa kita tidak tahan banting. Jiwa tdk tahan banting terbentuk karena hidup kelewat mulus tanpa pernah merasakan kecewa, cemas, sedih atau putus asa. Itu sebab mengapa eloknya dalam bertumbuh kembang setiap anak hendaknya dibiarkan merasakan stessor, agar setelah dewasa jiwanya tergembleng tahan banting. _Dr. Hendrawan Nadesul_ dlm buku Writing For Therapy (Naning Pranoto)
- dikutip dari status seorang ukhti di sosmednya
wish this rain makes the earth come back to its life
Ini bakal panjang.. Hehe. 1st warning^^ Aku tidak akan melarang siapapun membaca. Namun aku sudah peringatkan, hati-hati tulisan ini panjang J.

Sebenarnya aku memang sudah ada ide untuk menulis ini, sebelum melihat kutipan di atas. Tapi ketika aku melihatnya, entah mengapa aku memilih copas tulisan di atas. Jujur ada beberapa bagian yang tidak aku mengerti dari kutipan di atas, rasanya ada yang tidak pas, mungkin ada kata atau tanda baca yang terlewat. Tapi inti kutipan di atas, masih bisa samar aku ambil.

Jiwa yang tahan banting adalah jiwa yang terbangun setelah melewati masa kecewa, cemas, sedih, dan hampir putus asa. Sedangkan mereka yang selalu hidup lewat jalan yang mulus, biasanya jiwanya rapuh. Sepertiku mungkin. Itu yang aku rasakan.

***

Alhamdulillah 'ala kulli hal. Aku bersyukur satu per satu hal luarbiasa, nikmat yang aku rasakan dari lahir sampai detik ini. Bagiku, beberapa tahun yang lalu, hidupku itu ajaib, tak pernah ada kesulitan yang benar-benar berat. Jikapun ada, dengan segera Allah angkat, dan Allah ganti dengan begitu banyak kemudahan.
Tapi seperti yang ditulis di kutipan di atas, Allah ingin aku memiliki jiwa yang tahan banting. Jiwa yang kuat.^^ Allah sedang mengujiku, menguji setiap ucapan yang keluar dari lisanku, menguji apakah aku mereka yang jujur atau justru yang dusta. Dan bukan cuma aku, setiap orang mengalami ujiannya masing-masing, di hal-hal yang sangat berbeda.

Tentang judul. Sejak agustus yang lalu, aku mulai membiasakan lagi menulis di sini. Setelah sekitar dua atau tiga tahun aku jarang mengisinya. Sebenarnya ada banyak alasan, ada banyak cerita. Tapi aku tidak ingin cerita detailnya di sini. Aku.. cuma ingin sharing pelajaran yang aku dapat kedua fase itu, fase jarang menulis dan sering menulis di sini.

***

Tulisan terkadang sekedar tulisan

Bagiku, hal yang paling menakutkan menulis di sini adalah tulisan sekedar tulisan. Aku mengganti alamat dan nama blog ini, karena aku ingin.. tulisan yang bukan sekedar tulisan. Tulisan yang indah, dengan isi yang baik, terlalu disayangkan kalau berakhir hanya sekedar tulisan. Tulisan yang indah, dengan isi yang baik, akan lebih bermakna, ketika tulisan itu menjelma menjadi laku, ketika tulisan tersebut somehow menjadi titik awal perubahan hidup seseorang, terutama perubahan hidup penulisnya. Tapi... bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya?

Betapa menakutkan. Terutama ketika aku tahu dalil yang menyatakan kebencian Allah kepada pendusta. Betapa menakutkan. Terutama ketika aku tahu dalil yang menyatakan kebencian Allah kepada mereka yang mengatakan sesuatu yang tidak ia kerjakan. Betapa menakutkan... jika setelah Allah uji keimanan kita, ternyata kita termasuk salah satu makhluknya yang berdusta.  Membayangkannya saja.. sudah begitu menakutkan.

Padahal Allah... adalah segala-galanya bagi makhluknya. Allah adalah Rabb, Ilah, Al Aziz, Yang Maha Mengurus Makhluknya.. dan begitu banyak nama baik lain, yang sedikitnya bisa kita tahu dari Asmaul Husna. Dibenci orang yang paling berarti dihidup kita adalah seperti akhir hidup kita, kalau mau di lebih-lebihkan hehe, lebay ya? Ckck. Aku jujur saja... sekedar membayangkan dibenci oleh Ibu, Ayah, kakak dan adikku saja.. mungkin aku akan memilih menyerah hidup. Na'udzubillah. Apalagi kalau aku.... merupakan salah satu yang dimurkai Allah. Bagaimana bisa aku lari darinya? Karena jika aku menyerah hidup, aku toh pada akhirnya akan tetap bertemu dengan Allah, iya kan?

Maaf kalau kalimat di atas berasa negatif. Jangan berhenti baca ya. Bahaya! Bisa salah ambil kesimpulan.. Oke? 

Ketakutan itulah.. yang jujur membuatku sering ragu menulis di sini. Aku takut aku hanya OMDO, TUDO, tulis doang, tapi prakteknya nol. Tulisan yang sekedar tulisan.

Tulisan bukan sekedar tulisan

Jadi ini mimpiku, tulisan yang bukan sekedar tulisan. Tulisan yang lahir dari gerakkan jemari tangganku, aku berharap bisa menggerakkan juga hati dan kakiku. Bukan cuma kaki sih... hehe. Intinya mah, yang bisa aku praktekkan. Yang bisa aku laksanakan, dan bukan cuma OMDO.

Tulisan bukan sekedar tulisan. Ya, setelah mengalami dua fase nulis, seperti yang sebelumnya aku sebutkan. Aku sadar, tulisan bukan sekedar tulisan terkadang maknanya tidak seberat dan sengeri yang kutulis di atas.

Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda dalam meniti jalan menuju Tuhannya, jalan menuju Allah, jalan taubat, jalan menjadi muslim dan muslimah yang lebih baik. Setiap orang memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda.

Begitu juga bagi blogger, atau yang suka nulis. Mereka, termasuk diriku, punya kecepatan dan kemampuan yang berbeda. Iman diriku, dan penulis lain, juga naik turun. Maka ada masa, dimana, tulisan-tulisan lama penulis adalah sekedar tulisan. Takut, pasti, malah harus. Takut dibenci Allah itu tidak apa-apa, asalkan hal itu tidak membuat kita putus asa dari rahmat Allah.

Tahu konsep takut, harap dan cinta yang bisa mendekatkan kita kepada Allah? Katanya sih.. yang bagus itu seimbang, harus ada rasa takut kepada neraka-Nya, harap kepada surga-Nya dan cinta kepada Allah. Tapi sejauh kehidupanku, rasanya susah sekali menyeimbangkan ketiganya. Hehe. Menurutku.. ini teoriku ya, bukan fatwa, jadi kalau salah wajar, jadi boleh banget dikritik kalau salah. Menurutku... dalam hidup kita, pasti ada fase dimana salah satu dari tiga unsur tadi lebih tinggi dibanding yang lain. Dan itu boleh, asalkan kedua unsur yang lain tidak hilang. Kenapa? Karena kalau hilang, efeknya buruk. Lebih bagus lagi kalau seimbang.

Kalau kita hanya takut kepada neraka-Nya, namun tidak memiliki harap dan cinta kepada-Nya, kita akan mudah menyerah. Menyerah dari rahmat-Nya, apalagi ketika kita membayangkan tinggi pegunungan dosa kita. Dan itu salah. Bahaya banget lah. Jangan sampai kita termasuk salah satu makhluk yang menyerah dari rahmat-Nya. Aamiin.

Kalau kita hanya mengharap kepada surga-Nya, namun tidak memiliki takut dan cinta kepada-Nya, kita akan 'menyepelekan' Allah. Sekali buat dosa, ah gapapa, kan Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Sekali bunuh orang, ah gapapa, kan ada yang lebih banyak bunuh orang, diktator Suriah misalnya, dia kan bunuh berjuta-juta muslim. Maaf ya.. contohnya ekstrim. Jadi sekedar harap saja, itu salah, dan bahaya. Padahal kalau kita teliti lagi, setiap ayat tentang rahmat-Nya, selalu Allah seimbangkan dengan kekuasaan-Nya. Contoh termudah bisa cek di Al Fathihah, setelah Ar Rahman, Ar Rahim, ayat berikutnya apa? Yup! 100! Hehe. Maliki yaumiddiin. Penguasa/pemilik hari pembalasan.

Kalau yang cuma cinta, Bell? Oh?! *panik hehe. Yang ini saya belum tahu, hehe. Maaf. Saya juga masih belajar hehe.

Balik lagi ke tulisan bukan sekedar tulisan. Sama seperti iman, yang harus dijaga lewat tiga unsur. Begitu juga menulis. Ada saatnnya tulisan bukan sekedar tulisan, ketika kita berniat menulis untuk mengingatkan diri kita, meski di kehidupan sehari-hari kita masih berjuang mempraktekannya, jatuh bangun untuk melaksanakannya. Contoh sederhananya, adalah perihal sabar dan syukur. Ada masa, dimana kita diberi nikmat mudah mensyukuri apa-apa yang ada dihidup kita, baik yang menyesakkan dada maupun yang melapangkan dada. Namun ada masa dimana kita kesulitan, berjuang, trus kalah, nyoba untuk bersyukur, eh keluhan demi keluhan masih meluncur dari bibir kita, dari tingkah laku kita. Maka saat itu, tulisan yang awalnya bukan sekedar tulisan, berubah jadi tulisan biasa, tulisan yang OMDO, yang ada di sini, tapi di dunia nyata belum dipraktekkan.

Tapi... apakah ketika itu terjadi, kita lantas memilih menghapus tulisan kita tentang sabar dan syukur? Atau kita memilih tidak menulis lagi tentang tema universal sabar dan syukur? Aku.. aku masih belajar juga sih. Kadang gitu, memilih ga menulis, kadang memilih menulis, untuk mengingatkan diri.

Tulisan bukan sekedar tulisan sekarang bermakna dua hal bagiku:
1. Ketika tulisan tersebut bisa diamalkan di keseharian hidupku
2. Ketika tulisan tersebut menjadi pengingat, meski aku jatuh bangun berusaha mengamalkannya, naik turun, hampir menyerah, tapi ga jadi
3. Ketika tulisan tersebut menjadi media penyalur stress ku menjalani hidup 

***

Yang ketiga di atas, berhubungan dengan kutipan pembuka tulisan ini. Menulis bisa jadi obat buat stress yang kamu hadapi. Tiap orang bisa beda sih, tapi menurutku, kalau aku diminta kasih saran, aku kasih saran kamu yang mengalami kesulitan hidup dan hampir menyerah untuk menulis. Menulis katanya sih.. juga merupakan resep yang sering dianjurkan psikolog atau tempat-tempat konseling gitu. Tentang ini, aku tahu dari hasil blogwalking ke tumblr seorang teteh yang kerja di lembaga semacam konseling. Tapi itu case-nya untuk perempuan sih. Jadi aku gatau, kalau untuk laki-laki, menulis itu bentuk terapi stress yang efektif atau ga.

Terakhir, untuk diri, untuk semua yang baca juga sih ^^

Semoga tulisan ini bukan sekedar tulisan. Mungkin poin nomer 1, atau 2, atau 3. Atau semuanya. Tapi yang jelas, semoga aku bisa belajar jadi pribadi yang tahan banting. Yang selalu berusaha berdiri lagi, meski lagi dan lagi jatuh. Yang tidak pernah putus asa dari rahmat Allah, meski lagi dan lagi terperosok di kubangan dosa. Yang meski masih kaya anak kecil, selalu berusaha menjadi dewasa, meski lagi dan lagi mentalnya kaya anak kecil yang ga mau makan obat karena pahit, yang ga mau lukanya dikasih obat merah karena sakit. Semoga kita sama-sama menjadi hamba Allah, yang meski bukan ahli ibadah, tapi bisa jadi bagian dari para pendosa yang terus menerus bertaubat. Aamiin.

Terakhir... hehe. Beneran terakhir. Mari kita sama-sama berdoa, doa yang dilantunkan ashabul kahfi, yang penjelasan tentangnya baru-baru ini aku tonton.

...'asaa ayyahdiyahdiyani robbii li aqroba min hadzaa rosyadaa (Al Kahf ayat 24)
Aamiin.

Allahua'lam.

***

PS: Barangkali ada males buka link videonya, bisa nonton di sini. Tapi bahasa inggris, tapi ga panjang kok. In syaa Allah aku percaya pembaca bisa ngerti inti videonya, meski ga fasih bahasa Inggris.


Byung! Sampai jumpa lagi!

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya