#fiksi #cerpen
Bismillah.
Dua orang perempuan yang sama-sama sedang jauh dari Allah, dipertemukan lewat sebuah tanya di grup media sosial. Sebut saja nama mereka Jingga dan Nila.
"I'm hopeless now. Mau ga kamu jelasin ke aku, biar ga ada pertanyaan yang menggantung lagi. Biar aku yakin lagi dengan agama aku."
Membaca tulisan Jingga tadi, mata Nila memanas. Jujur kaget, teman baik yang sudah lama tidak bertemu itu mempertanyakan tentang eksistensi tuhan dan kebenaran Islam. Sejauh yang Nila ingat, Jingga lahir dan dibesarkan dalam kondisi yang baik, sehingga Jingga memiliki pengetahuan agama yang jauh lebih banyak daripada Nila. Hatinya bergetar ingin membantu, namun sebagian dirinya ragu. Berbeda dengan Jingga, Nila sebenarnya yakin tentang eksistensi Tuhan, yakin bahwa Islam adalah agama fitrah. Namun dalam kesehariannya, Nila mendustai kenyataan itu. Nila memilih mengabaikan perintah-Nya dan tersiksa atas dosa-dosa yang ia buat sendiri.
"Kenapa emang, Jingga? Lewat sosmed gapapa diskusinya? Jujur aku juga lagi jauh dari Allah. Tapi semoga dengan ngobrol bareng jadi bisa naikin lagi iman kita."
***
J: Jingga
N: Nila
ada berapa warna diantara jingga dan nila? |
J: Selama ini aku rasanya dari kecil menerima pelajaran agama yang dikasih ke aku aja. Bahkan di kuliah aku menerima aja apa yang di pengajian. Kesini-sini setelah diskusi dengan teman-teman, bahkan mereka nanya apa bukti Tuhan itu ada, kenapa harus sholat, kenapa ini haram, bla bla, aku ga bisa jawab.
J: Aku jadi pengen belajar lagi dari awal tentang islam, belajar dengan tidak hanya menerima tapi aku juga menyesuaikan dengan pikiran atau logika, atau kalau tidak bisa setidaknya aku tahu alasan jelas setiap ibdah yang aku lakukan.
J: Aku bingung mulai dari mana.
N: (membaca tulisan darinya, mencari referensi video-video pengajian di Youtube yang pernah membahas tentang itu)
N: Tentang penciptaan. Kamu ragu ga kalau ada yang menciptakan manusia dan seluruh alam. Itu dulu sih. Yang bikin ragu tentang adanya tuhan tentang penciptaan atau keadilan. Nanti kita bahas dari situ.
N: Atau itu semua mau dibahas? Oh ya, aku balesnya ga bisa cepet gapapa ya? Soalnya ga selalu liat hape.
J: Ok, bahas aja satu-satu ya. Aku mau bahas tentang keadilan.
J: Ini yang ringan aja ya, ada orang yang terlahir cantik atau kaya atau jenius, ada juga yang terlahir jelek atau miskin atau bodoh. Cewek cantik aja ga perlu usaha apa-apa dia udah dikejar semua laki-laki. Sedangkan cewek yang biasa aja boro-boro, mungkin hanya bisa pasrah siapapun yang datang.
J: Bukankah wanita cantik jadi gampang cari jodoh yang soleh, yang ganteng, yang kaya. Lalu dimana keadilan buat cewek jelek? Semua hal terhambat bagi dia, dia jadi lebih susah buat ngapa-ngapain. Dimana keadilan Tuhan?
J: Kenapa Tuhan engga menciptakan kita dengan kesempatan yang sama? Kenapa ada yang diciptakan lebih baik?
***
Nila membaca pertanyaan Jingga, otaknya bekerja keras berusaha merangkai kata agar jawabannya bisa menyentuh hati Jingga. Awalnya Nila mencoba menyemakan definisi keadilan agar pembahasan ga salah sasaran. Penyamaan definisi, itu salah satu hal yang ia pelajari saat dulu sempat menggeluti ekskul debat bahasa inggris. Kenapa definisi harus sama? Supaya tepat sasaran, jangan sampai pihak pendebat maupun penyenggah bicara satu hal di dua arah. Si pendebat ke utara, si penyanggah ke selatan, hasilnya? Tidak ada titik temu, hanya merupakan debat kusir. Padahal debat bahasa inggris yang dulu dipelajarinya, selain belajar speaking english, juga belajar memilih argumen, menjelaskannya, dan membuat peserta menemukan titik temu terbaik dari tema yang diperdebatkan.
N: Sebelum bahas keadilan tentang case itu. Kita harus setuju sama definisi adil. Apakah semua orang dikasih yang sama itu adil?
N: Atau adil itu menempatkan sesuatu pada tempatnya?
to be continued...
***
PS: Niatnya diselesain, tapi kayanya udah cukup panjang takutnya tema berat meski dikemas dalam fiksi ini membuat pembaca ngacir. Hehe.. Menurutmu apa yang seharusnya Nila jawab atas pertanyaan Jingga? Jawab di komen ya.. Bisa jadi jawabanmu saya tampilkan di lanjutan cerpen ini.
***
Baca lanjutannya di: Tanya di Ujung Jarak (2)
***
Baca lanjutannya di: Tanya di Ujung Jarak (2)
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya