Follow Me

Tuesday, October 4, 2016

Pertama Kali Ditolak; Tips Donor Darah Muslimah

Bismillah.

"Ukhti, aku ditolak hiks", curhatku ke adik tingkat yang akhir-akhir ini sering kukirimi pesan-pesan random via medsos.

***

Awalnya tulisan ini mau kuberi judul "Pertama Kali Ditolak" saja tanpa embel-embel donor darah muslimah. Tapi supaya artikel ini bermanfaat dan mudah di googling, akhirnya dengan berat hati, lebay, dengan ringan hati kuberi tambahan keterangan.

Awalnya ditulis untuk menggambarkan perasaan sedih, kecewa, dan sakit saat pertama kali ditolak. Ditolak apa? Donor darah. Jujur dulu saya termasuk rutin untuk donor, baik di salman, atau di donor darah 4 labtek. Tapi sudah lebih dari setahun ga donor karena satu dua alasan. Terakhir donor Agustus tahun lalu coba. Bagi yang biasa donor, ga donor setahun itu rasanya.. aneh. Jadi jumat kemarin aku coba untuk donor. 

Donor Darah Yuk!
Syarat-syarat untuk bisa donor sebenarnya ga sulit, ada berat badan, tekanan darah, dan jumlah HB yang harus sesuai standar. Juga syarat cukup tidur, tidak haid/nifas untuk perempuan, tidak memakai obat-obatan 3 pekan terakhir, tidak berpenyakit menular via darah. Donor darah pun termasuk sehat kalau dilakukan secara rutin, dan bisa jadi bentuk amal kita menolong orang sakit, meski ga punya uang.

Nah singkat cerita, saya ditolak pertama kali. Sedih, sebel, tapi sadar kalau salah sendiri. Ditolak karena tekanan darah yang rendah. Penolakan itu membuatku mengingat saat-saat aku donor darah di waktu yang lalu, sempat pernah hampir ditolak karena jumlah HB, tapi aku protes, dan minta di tes ulang. Dasar keras kepala hehehe. Alhamdulillah dicek ulang, ternyata jumlah HBnya memenuhi syarat.

***

Tips untuk muslimah yang ingin menjaga aurat selama proses donor darah. Jujur, aku tahu ada pro-kontra tentang ini. Beberapa temanku memilih ga donor, daripada harus memperlihatkan aurat mereka. Tapi untuk masalah ini aku agak lebih longgar. Bukan mau berfatwa ya, cuma mau kasih tips.

1. Pilih petugas yang perempuan

Sebenernya mudah kok, cuma kita (perempuan) biasanya malu untuk bilang, takut harus menjelaskan mengapa. Padahal? Gampang kok, kasih kode aja. Misal nih yang kosong yang petugasnya cowok, tinggal persilahkan antrian dibelakangmu aja untuk duluan. Atau bilang ke petugas, "Pak, saya yang di sana aja". Biasanya mereka, baik petugas atau antrian dibelakang kita maklum kok. Tanpa tanya. Entah tahu atau whatever, yang jelas ini ga susah.

Kalau kamu masih malu? Ajak temen kamu yang vokal atau berani ngomong. Atau bisa bareng aku kalau mau. Aku untuk masalah ini berani kok jadi jubirmu. J

2. Pakai Manset, Kerudung Panjang, atau Jaket

Jadi gini, proses terbukanya aurat kan sebenarnya ada pas jarum dimasukkin ke vena untuk mengalirkan darahmu ke kantung darah. Setelah itu? Boleh kok ditutup pake jaket atau kerudung panjangmu. Lebih bagus lagi kalau kamu juga pake manset.

Gimana jelasinnya ya? Hehe. Manset tahu kan? Yang biasa dipakai para ukhti aktivis dakwah di balik kemeja/kaos/lengan gamis mereka. Tujuan manset sebenarnya untuk menutup aurat saat tanpa sengaja kain bagian lengan tersingkap. Kalau aku biasa pakai manset yang panjangnya tanggung (sekitar 20cm), ga pendek banget, tapi juga ga panjang sampe siku.

Ini nih berguna banget untuk jaga aurat kamu saat donor. Jadi bagian yang terbuka, cuma yang perlu dipasang jarum aja. Setelah dipasang, tinggal tutupi deh bagian yang terbuka dengan kerudung panjangmu, atau jaket yang kamu tenteng, jadi jaketnya jangan dipakai di badan. Ngerti lah ya.

Oh ya ada lagi, pastiin pas kamu dipasang tensi, sebelum dimasukin jarum, kerudungmu ga keiket. Hm.. gimana ya jelasinnya. Jadi kan dipasang tensi tuh, nah sebelum di pasang, gapapa, kain kerudung di kanan/kiri diangkat dulu biar ga tertahan alat tensi. Kenapa? Karena kalau tertahan, yang harusnya bisa buat nutupin aurat malah justru ga bisa (pengalaman pahit wkwk lebay). Kecuali kalau kamu bawa alat penutup lain (jaket, buku, bahkan koran juga bisa).

3. Kalau ga boleh?

Dulu aku pernah dibolehin nutup auratku pake jaket, tapi ada juga yang ngelarang. Kenapa? Bukannya ga toleran, petugas donor cuma takut kalau jaket/kerudungmu nyangkut di jarum/selang dan bisa berabe proses donornya. Kan ngeri kalau tiba-tiba lagi nutupin aurat malah darah yang harusnya ke kantung darah justru nembus jaket/kerudungmu. Hiii mbayanginnya juga ngeri. Jadi jangan sewot ya kalau ada yang ngelarang. Bilang aja ke petugas baik-baik, kalau tangan kamu yang lain bakal jaga sekuat tenaga biar kerudung/jaketmu ga bener-bener nyentuh. Agak ngambang gitu, tapi tetap menutup aurat. Oke?

4. Donor darah di PMI?

Nah yang ini bukan tips sih, semacam pilihan lain yang bisa kamu ambil. Tapi aku ga bisa jamin apa-apa sih. Soalnya belum pengalaman donor di PMI langsung. Kamu udah pernah? Gimana? Lebih tertutup dan auratnya aman kah? Kalau tahu kasih komen ya. Semoga bisa jadi manfaat buat banyak orang.

***

Ditolak? Rasanya sakit sih. Tapi jangan biarkan kamu menyerah. Coba lagi aja. Meski berkali-kali. Yang berat badannya kurang, coba naikin pelan-pelan, makan teratur dan bergizi. Yang tekanan darahnya rendah, googling cara naikin tekanan darah dan praktekin. Yang HB-nya kurang, makan sayuran yang mengandung zat besi.

Aku tahu kok ditolak itu, sering membuat kita malu dan segan untuk mencoba lagi. Tapi untuk hal baik, termasuk donor darah, jangan biarkan sekali ditolak membuatmu menyerah. Untukku, dan untukmu juga.

Ditolak? So what? Kkkk..

Bye..

2 comments:

  1. Terima kasih infonya mba, aku termasuk yang rajin donor dan baru aja berhijab jadi masih bingung cara donor darah tanpa membuka aurat :)

    ReplyDelete

ditunggu komentarnya