#fiksi
Bismillah.
May menyeruput latte hangat di hadapannya sembari memperhatikan rintik hujan yang intensitasnya makin rendah. Di sebelahnya Nayla asik memandangi gadgetnya, entah sedang bertukar pesan lewat sosmed, atau sekedar scrolling puluhan status terbaru di newsfeednya.
"May, kamu kalau lagi jenuh sering pergi sendirian kaya gini?" tanya Nayla tiba-tiba.
"Hm.." jawab May pendek.
May dan Nayla sebenarnya tidak terlalu dekat, hanya saling kenal karena beberapa kali mengambil mata kuliah sama. Hari ini saat May sedang asik berjalan sendiri sekedar untuk menghabiskan waktu me-time mereka bertemu karena sama-sama menghindar dari hujan. Mungkin takdir, mereka sama-sama sendiri, dan Nayla yang ramah itu, menyapa May dan mengajaknya minum kopi semeja, meski pada akhirnya lebih sering hening ketimbang mengobrol.
"Kamu kenal Bang X kan?" tanya Nayla membuka kembali percakapan.
May mengangguk, "Siapa yang ga kenal? Petinggi KM, asisten dosen, satu jurusan pula sama kita", jawab May, kali ini memberikan timbal balik, mencoba mengurangi sifat introvertnya.
Nayla tertawa kecil setuju.
"Aku kemarin-kemarin pernah baca statusnya. Katanya kalau dia lagi penat, dia suka jalan kaki jarak jauh, terus pulang dalam keadaan cape dan tidur," ucap Nayla.
May merasa kalimat itu kalimat tertutup, ia tidak perlu kasih timbal balik kan? Jadi May akhirnya hanya menjawab dengan ber-oh dan mengangguk pelan. Dan suasana kembali hening, Nayla kembali disibukkan dengan gadget di hadapannya, May? May kembali menyeruput lattenya dan memandangi hujan yang benar-benar reda, lebih tepatnya memandangi jejak-jejak yang ditinggalkan hujan.
***
"Bukan kan?" ucap May pada dirinya sendiri. "Itu cuma kebertulan kan?" lagi, another selftalk. Ia melihat tanggal May mempublish tulisan bertema me time di blognya. Ia membuka tab baru berniat membuktikan kalau itu cuma kebetulan, ia hendak mengecek bahwa status kakak tingkat yang dibicarakan Nayla tadi sore di post setelah atau jauh-jauh hari dari postingan senada di blognya.
Tapi jemari May terhenti ketika hendak mengisi url yang akan dituju. May tidak tahu alamat tujuannya, ia setahun yang lalu sudah unfriend dengan kakak tingkat tsb di semua sosmed. Lagian, May tidak tahu persis status di sosmed mana yang Nayla bicarakan, line, fb, twitter, instagram? Bahkan wa, May sudah tidak menyimpan nomer hp kakak tingkatnya itu.
"Ini cuma prasangka, cuma prasangka"
"Hanya sebuah kebetulan, kebetulan"
Ucap May dalam pikirannya, semacam self hypnotis, hypnosis??, meyakinkan dirinya kalau itu tidak ada hubungan apapun dengan dirinya.
Meski di sisi lain, memori May beranjak ke satu tahun yang lalu, saat tiba-tiba Kakak Tingkat itu bertanya alamat baru blog May yang baru pindah. Tiba-tiba, padahal mereka tidak pernah satu divisi atau pernah mengobrol. Anehnya, menggunakan awal frase bahasa inggris pula sebelum beranjak ke inti pertanyaan, "would you mind?"
***
Esok paginya tiba-tiba May tersenyum mengingat kegalauannya kemarin malam. Apalagi ketika ia teringat kejadian serupa tapi tak sama.
May: (share a post link from her blog)
Y (teman sejurusan): Itu dari kuliah Pak Z pekan kemarin, ya?
May: (dalam hati begumam kesal 'sok tahu!')
May: (dalam hati begumam kesal 'sok tahu!')
May: bukan, itu ditulis tahun lalu, cuma baru di share sekarang aja
May kembali tersenyum mengingat kejadian serupa tapi tak sama di atas. Terkadang, ada hal-hal senada yang kita anggap berhubungan, karena memang konteksnya sama. Tapi kenyataannya, itu cuma prasangka. It might seems like they're connected, but the reality, they're disconnected.
"Jangan tertipu oleh prasangka. Sebaiknya hindari prasangka, karena saat bertemu realita, kau akan kecewa jika prasangka tak sebanding dengan realita. Bukan kah begitu, May? They're disconnected, though they seems connected."
Ketik May di salah satu sosmednya, setelah mengatur privasi menjadi only me, May menekan button post. May menutup laptopnya, kemudian bergegas mempersiapkan diri menjalani hari yang padat.
The End.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya