Bismillah.
Aku memang tidak pernah belajar psikologi, tapi setidaknya ini salah satu kesimpulan yang bisa aku ambil dari pertanyaan yang aku tanyakan di blog ini pada diriku. Pertanyaannya bisa baca di sini.
***
Setiap orang memiliki kemampuan berbeda, seperti anak SD yang tidak bisa diuji soal SMA, begitu pula manusia. Allah merancang ujian yang berbeda, ada yang sudah kehilangan orang tuanya di saat belum baligh, ada yang baru diuji tentang kehilangan mainan ke sayangan di saat yang sama. Luka lama yang kubahas di sini, bukan sembarang luka, tapi luka lama yang paling membekas dalam di hati manusia. Bentuknya apa? Macam-macam, ada yang luka lamanya berupa memori tsunami yang meluluh lantakkan kampung halaman beserta sanak keluarganya, ada yang berupa.... aku ga tau harus kasih contoh apa. Tapi bentuknya tidak harus setragis contoh pertama.
Luka lama yang sampai saat ini masih menyengat kala mengingatnya bagiku, adalah luka lama sepuluh tahun yang lalu. Aku tidak akan cerita bentuknya apa, dan kejadian apa yang meninggalkan luka itu, aku hanya ingin bercerita bahwa tepat 10 tahun, aku bahkan baru sadar, karena menulis ini. Ya, tepat sepuluh tahun yang lalu, Allah menuliskan rencana untuk menyembuhkan luka lama itu untukku.
don't be like a child, who don't eat medicine because it's bitter |
Allah berniat menyembuhkannya, tahun ini, atau setidaknya tahun depan. Beberapa tahun sebelumnya, somehow, luka ini seolah kembali hidup, kembali berdarah kalau bahasa lebaynya. Aku berada di situasi dimana aku harus berperang melawan diriku sendiri. Berjuang melawan ketakutanku akan memori luka lama yang menempel begitu jelas di otak dan hatiku. Allah ingin aku melawannya, Allah ingin aku dewasa, berkembang menjadi Bella yang lebih kuat. Sehingga jika luka lama ini kuingat lagi, lima tahun yang akan datang, jika Allah mengizinkan, Allah ingin aku bisa tersenyum dan bersyukur karena luka itu mengajarkanku banyak hal. Bukan seperti sekarang, yang mengingatnya saja, membuat wajahku basah kuyup, membuatku tertahan di sini.
Bingung ya? Hm.. aku kasih contoh yang lebih familiar ya. Sebutlah ada seorang yang karena masa lalunya jadi fobia dengan air, namanya Cha. Lima tahun berjalan ia mulai terbiasa dengannya, sudah berani ke danau, melihat air terjun, ke pantai, meski ga pernah berani menyentuh airnya. Lima tahun kemudian, tiba-tiba ada kejadian yang membuat luka lama/fobianya kambuh lagi, gara-gara kejahilan teman-temannya menyeburkan ia ke kolam renang. Ia saat itu berusaha berenang, menelan air, bahkan sempat berpikir akan mati, di sisi lain teman-temannya menertawakannya karena tinggi kolam renang hanya 1,5 meter, padahal tinggi badan Cha 1,7 nyaris 1,8 meter. Setelah kejadian itu ia menangis sendirian, menggigil kedinginan, menyepi dan tidak mau berkomunikasi dengan teman-temannya. Mereka tidak tahu luka lama itu kembali berdarah lagi. Ia tidak berani keluar rumah jika hujan turun, takut banjir, dan tenggelam, padahal ia tinggal di negara tropis yang tidak ada hari tanpa hujan. Tapi ia punya kehidupan lain yang harus dijalani, ia punya pekerjaan yang harus dilakukan. Ia hampir di PHK karena banyak absen karena alasan hujan.
Lalu suatu hari, hujan deras turun sejak shubuh, Cha harus pergi ke kantor, ia ingat perkataan bosnya, kalau ia tidak hadir lagi sekali saja dengan alasan hujan, ia akan dipecat tanpa tunjangan. Saat itu Allah ingin mengobati luka Cha. Allah menempatkan Cha pada pilihan yang memaksa ia berdamai lagi dengan luka lamanya. Cha tahu ia harus keluar rumah, meski bisa ia lihat, diluar rumah orang-orang memakai sandal jepit karena air yang menggenang sampai mata kaki. Hujan itu padahal indah jika dilihat dari jauh, tapi Allah ingin Cha merasakan bahwa bukan hujan itu yang menakutkan. Allah ingin menunjukkan bahwa luka di hati dan pikirannya lah yang membuat Cha mengkirut nan mengerdil, seolah air dalam jumlah besar ingin melukainya. Alasan irasional itu ingin Allah hapus dari pikiran Cha. Allah ingin membuktikan pada Cha, buka air yang ingin melukainya, tapi pikiran Cha sendiri yang sedang melukai Cha setiap ia melihat air bervolume besar.
Semacam itu lah. Luka lama mu, luka lama ku mungkin berbeda. Bentuknya juga tidak mesti ketakutan atas benda yang berwujud, air kan berwujud, bisa jadi bentuknya abstrak, seperti... nah kan bingung ngasih contohnya. Mungkin kepercayaan i mean trust, bukan faith, mungkin... apa ya? Kkk.. ngerti lah ya? Maksa haha. Ngerti kok, kan yang baca kamu sendiri bell, kkk *gila tanya sendiri jawab sendiri
Intinya hanya ingin mengingatkan diri. Allah ingin menyembuhkan lukamu. Seperti Cha yang cuma perlu berdoa, dan memberanikan diri melangkah keluar rumah, meski hujan deras siap menyapa tubuhnya. Seperti itu juga kamu Bell..kamu cuma perlu berdoa, dan memberanikan diri melangkah keluar, meski ..... siap menyapamu. Hujan, air atau apapun yang terkait dengan luka lamamu dan membuatmu jadi ketakutan, ketakutan yang irasional, mereka tidak hendak melukaimu. Pikiranmu saja yang melukaimu setiap kali kamu berjumpa dengannya.
Ah.. satu lagi. Kamu mungkin bisa meminta pertolongan orang lain tentang ini. Tapi di akhir hari, kamulah yang harus melangkah, karena bukan mereka yang takut air hujan. Kamu mungkin bisa berdoa tiap malam agar Allah menyembuhkan luka lamamu, tapi di ujung hari, kamu juga harus bergerak. Ikhtiar dan doa harus selalu beriringan.
I know it's kinda weird to fight with yourself, then losing. Fight again and lose again. Feel like... I don't even know how to describe it. You're fighting with your mind, I know it's not easy. But you can do it! I know you just want to forget the scar completely, like it was never there, but that's not how Allah teach you. Let that scar there, it might be there, but prove to yourself, that it can't stop you from moving forward. You have to live your life, not hiding like a coward. You know? Even if this life is not eternal, this short life will decide how your eternal life. What do you want to bring from here? It's not a playground, it's a ladang amal. Hehehe. Cape pake bahasa inggris padahal vocab miskin dan grammar berantakan ckckck.
Terakhir. Beneran terakhir. Kasihan atuh sama mata kamu. Menulis ini tidak akan menyelesaikan apapun. Nulis skenario terus, kapan action-nya Bell?
Allahua'lam.
PS: Maaf random. Blog ini dibuat dan diisi untuk diri sendiri, untuk dibaca sendiri, jadi kalau yang cari ilmu bisa cari di blog lain yang lebih bermanfaat. Blog ini agak egois seperti yang punya, cuma bisa ngasih manfaat ke diri sendiri, kalaupun ke orang lain juga, Alhamdulillah, itu karena Allah menggerakkan hati mereka.^^
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya