Follow Me

Friday, October 28, 2016

Hikmah Menyalin Tulisan

-Muhasabah Diri-

Bismillah.

digitalisasi tulisan lama, dari buku catatan yang hampir usang

Menyalin tulisan di sini, bukan berarti menyalin tulisan jawaban teman ya? Itu mah mencontek, hehe. Dan mencontek itu haram! Begitu kata dosen TTKI saat aku TPB dulu. Aku mungkin lupa nama beliau, tapi aku tidak lupa sikap unik dan tegas beliau tentang mencontek. Jazakallahu khoiran, atas pelajarannya, bukan cuma pelajaran TTKI, tapi juga integritas. Hebat, aku ingat bagaimana beliau memanggil maju dua orang mahasiswa yang mengumpulkan tugas menulis kalimat sama persis, plek. Aku juga ingat kalimat khas beliau. Iyalah .... aja, ... banget mah, *hehe. Kok jadi nostalgia masa TPB? Hehe.

Rasanya lama sekali ga update tulisan baru, meski sebenarnya tanggal 26 Oktober kemarin aku menyalin empat tulisan lama. Ga ketahuan ya? Hehe. Ada banyak pelajaran yang aku dibuat teringat lagi lewat proses menyalin ulang tulisan sendiri. Begitu pelupanya diri, bahkan pelajaran yang aku simpulkan dalam tulisan 6 tahun yang lalu, saat menyalinnya, aku sudah melupakan pelajarannya. Rasanya diriku yang sekarang lebih 'bodoh' dari diriku enam tahun yang lalu. Terkadang malu mengakui, bahwa diriku sekarang lebih childish ketimbang diriku saat itu. Tapi semoga itu tidak menjadi demotivasi. Aku cuma perlu belajar lagi, belajar untuk dewasa lagi, untuk memahami masalah lebih bijak, belajar lagi.. Seperti kata Steve Job, stay foolish, stay hungry.


Sedikit hint, untuk diri yang suatu saat membaca ini. Sekaligus mengingatkan diri pelajaran apa yang kulupakan. Tulisan lama yang kusalin dua hari yang lalu, tentang 'warna' perbedaan, makna tahun baru, tentang sahabat SMA, dan tentang mimpi. Mimpi yang seharusnya membuat kita bangun, bukan justru memilih tidur. Ah, aku baru teringat, ternyata ada lima tulisan yang kusalin. Yang terakhir tentang homesick.

Lucu memang membaca ulang, mengetik ulang tulisan yang dulu kutulis dengan tangan. Betapa lucu gaya bahasaku, betapa sok sastrawan, tapi tidak memperhatikan TTKI. Seenaknya saja meletakan titik, padahal kalimat belum selesai dituliskan. Tapi di satu sisi aku salut, betapa aku niat menulis. Bahkan membuat artikel dengan tulisan tangan, karena saat itu aku belum terfasilitasi internet dan laptop yang sedia setiap saat aku ingin menulis. Salut, bahwa tulisan itu tidak banyak coretan di dalamnya. Bayangkan kalau aku menulis di sini dan tidak ada backspace/delete, pasti ada banyak sekali coretan.

***

Terlalu banyak curhat ya? Mari fokus ke "hikmah" yang kau tulis di judul.

Aku menemukan hikmah indah dari menyalin tulisan lama.

Betapa Allah Maha Tahu hambanya, jelas, detail, karena IA yang menciptakan kita. Manusia itu pelupa, perlu sering-sering diingatkan. Maka, Al Quran, pelajaran terbaik, disusun sedemikian rupa. Amazing! Pengulangan di topik dalamnya, cerita yang sama namun berbeda sudut pandang, dll. Rasanya aku tidak bisa menyebutkan satu persatu karena memang belum banyak tahu. Hehe. Tapi izinkan aku menulis sedikit yang aku dapatkan dari ceramah ustadz NAK tentang surat Ar Rahman, lengkapnya tonton di sini:


Ar Rahman. 'Allamal Qur'an.

Sebenarnya dua ayat di atas satu kalimat, namun seolah Allah pisahkan dalam dua kalimat, dipisahkan di dua ayat. Mengapa? Karena bahwa satu kata Ar Rahman, perlu kita pikirkan dalam-dalam, perlu kita renungi jernih-jernih. Betapa indah kata Ar Rahman, bukan cuma pilihan diksinya, tapi juga apa-apa yang terkandung di dalamnya. Endless blessing you and I recieve, now, right at this moment, is a form of His Rahman.

Ar Rahman. 'Allamal Qur'an.

Allah turunkan kalamullah, dalam bahasa terbaik, dengan pengajar terbaik. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassallam. Tapi sayangnya, kita masih saja 'bebal' dan tidak mengambil pelajaran darinya.

***

Jujur aku takut melanjutkan tulisan ini, aku masih belajar, masih tertatih, masih terseok. Izinkan aku akhiri saja di sini, aku takut menjadi pendusta.... TT

Lengkapnya tonton di video di atas ya, ada banyak pelajaran yang bisa didapat, yang ga bisa aku tulis di sini. Toh kata ustadz NAK lebih efektif mendengarkan ketimbang membaca. Kau ingat perkataan seseorang 10 tahun yang lalu, tapi bahkan kau lupa isi koran yang kau baca tadi pagi. Atau ingat? hehe.

Bye.. See you again, sooner or later. Who knows? Allah knows.

Allahua'lam.

PS: Perasaan aku pernah liat ceramah Ar Rahman ustadz NAK yang udah ada subtitlenya deh? Apa salah ingat? Gapapa lah ya, sambil belajar bahasa inggris. Maaf.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya