Follow Me

Monday, October 17, 2016

Tentang PD (Percaya Diri)

Bismillah.


Confidence level is up! Like a child whom not learn the word 'fear' yet

PD, dua huruf itu tiba-tiba melintas memunculkan ide yang menggerakkan jemariku di atas keyboard. PD di sini maksudnya singkatan dari Percaya Diri. Confidence. Oh ya PD sama GR beda ya, bedanya apa? Kalau GR (Gede Rasa) lebih tentang prasangka atas sikap orang lain kepada kita. Kalau PD lebih ke kepercayaan kita pada diri, yakin kalau kita bisa. PD anonim dari minder.


Pernah ga sih kamu memberikan jempol karena melihat seseorang yang PD. Semacam rasa kagum ketika melihat teman sekelas yang presentasi dalam bahasa asing dengan lancar, dan tenang. Atau rasa ... rasa apa ya? Apresiasi, semacam mengapresiasi pada teman yang merasa PD dengan nilai ujiannya, karena itu didapat murni kerja kerasnya, bukan dari hasil mencontek. Atau PD dalam hal lain, termasuk dalam segi fisik. Seperti kakakku, perempuan yang tinggi badannya memang lebih pendek dari pada aku, namun ketika ada respon/komen dari orang lain, tanggapannya selalu positif. "Iya dong, kan aku lebih imut". Hehe. Dan aku yang berada disampingnya ikut tersenyum, merasa kagum atas ke-PDannya.

Ditulisan ini, aku sedang tidak hendak membahas tentang kekagumanku, dan pengalamanku bertemu mereka yang PD. Yang tidak merasa minder. Bukan. Ini tentang seseorang yang tidak bisa selalu PD. Seperti bulan, yang sebagian sisinya selalu ada sisi gelap, meski di mata kita, caya pantulannya lingkaran sempurna.

***

Setiap orang punya sisi yang membuat ia tidak bisa PD, sisi yang membuat ia minder, dan merasa kerdil. Ada hal hal kecil, atau hal-hal unik, yang mungkin bisa membuatnya minder, meski di banyak hal, ia termasuk orang yang punya percaya diri tinggi.

Karena kenyataannya, tidak ada orang yang sempurna. Mungkin mereka tidak menunjukkan sisi mindernya pada banyak orang, mungkin hanya ditampakkan pada orang-orang terdekat, atau mungkin hanya pada Allah.

Kita mungkin tahu sisi yang mana itu, bagi kita. Tapi di sisi lain, kita harus tahu, titen, pada sisi semacam itu di diri orang lain. Kenapa? Karena kata-kata canda, bisa jadi duri bagi mereka, jika kita mengarahkannya pada sisi 'minder' mereka.

Jadi teringat suatu kisah. Kisah tiga orang perempuan yang telah lama tidak bertemu, reuni. Saling komentar penampilan satu sama lain. Ada yang kurusan lah, yang gemukan, ada yang makin feminim. Kemudian satu orang lagi bergabung, dan dikomentari tentang ia yang pipinya makin chubby. Salah satunya menegur, jangan gitu dong, ga semua orang suka dibilang gemukan loh, kalau ke aku mah boleh. Pemilik pipi chubby tersenyum, ia mengatakan tidak apa-apa, kalau untuk gemuk ia tidak terlalu sensitif, tapi tentang tinggi badan ia baru sensitif. Lalu mereka saling tertawa, memasukkan dalam memori, agar kelak ketika bertemu, tidak menyinggung sisi yang membuat sahabatnya merasa minder.

Kita bisa tahu hal tersebut dari reaksinya, raut wajahnya, jawabannya, dll. Sulit memang buat orang yang tidak peka, macam saya. Hehe. Tapi namanya juga belajar, belajar untuk mengerti baru kemudian dimengerti. Masih inget teori seven, seven apa ya? Hhe.. Ya itulah ya, yang pas matrikulasi. Kkk..

***

Daripada ngelantur dan makin panjang lagi, kusudahi saja sampai di sini.

Zai jian!

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya