Bismillah
Meski tulisan awal berjudul the Reason sudah kukembalikan ke draft, izinkan aku menyalin sebagian isinya di sini. Ini tentang pulang malam, dan apa yang hatimu sebenarnya katakan tentangnya.
Meski tulisan awal berjudul the Reason sudah kukembalikan ke draft, izinkan aku menyalin sebagian isinya di sini. Ini tentang pulang malam, dan apa yang hatimu sebenarnya katakan tentangnya.
"Hati bicara tanpa kata, menjawab tanpa suara dan sering menyengat tanpa terlihat. Tapi ia terasa."
Tidakkah
kau merasakannya? Ada perasaan tak bernama tiap kali kau melakukan
kesalahan/dosa. Termasuk kalau kita memutuskan untuk pulang malam,
seharusnya ada rasa di hati menyuruhmu untuk bergegas pulang ke rumah.
Atau, seperti yang diceritakan pemateri DP2Q,
Saat itu.. seperti biasa acara forsil (forum silarurrahim) di sebuah himpunan yang mayoritas anggotanya laki-laki dilaksanakan pada malam hari. Karena forum yang seru, maka forsil melewati batas waktu yang ditentukan. Kemudian moderator acara tersebut secara sopan bertanya pada massa himpunan "di sini, ada nggak yang punya jam malam?" -maksudnya, waktu maksimal untuk pulang ke rumah, kos-kosan atau asrama-.
Dengan agak geram, seorang akhwat menyuarakan bisikan hati yang telah lama ia pendam. "Maaf sebelumnya, ini sebenarnya bukan masalah tentang jam malam. Tapi, menurut kalian pantas nggak perempuan pulang malam?" (bukan redaksi asli - inti kalimatnya seperti itu). Dan seisi forum pun tertunduk. Segera, moderator mempersilahkan perempuan yang ada di forsil tersebut untuk pulang ke rumah/kos-kosan masing-masing.
Hatimu tak pernah berbohong, ia merasa tenang dan tentram saat kamu melakukan kebaikan. Serta merasa ragu dan syak saat kamu melakukan dosa/keburukan. Kalaupun suaranya lirih, tak tertangkap oleh kita.. Bukan ia yang bisu, tapi kita yang mati rasa. Kalaupun ia tak terasa, kita yang telah mati rasa. Na'udzubillah..
*terakhir..
Untuk para akhwat pada khususnya.. untuk kalian yang menjadi teladan bagi kebanyakan perempuan. Pulang malam-mu bukan lagi berdampak pada dirimu. Tapi juga berdampak pada orang lain. Bisa jadi banyak perempuan yang kemudian membenarkan sebuah kesalahan, karena melihatmu juga melakukannya.
***
Ditulis ulang terutama untuk diri, yang sering lupa, dan merasa nyaman saja. Hilang kepekaan. TT
Semoga Allah menjaga hati kita, agar peka pada hal-hal baik dan buruk. Agar hati kita gelisah ketika melakukan hal tidak sebainya dilakukan.
Aku masih belajar, dan aku berharap kamu atau siapapun yang membaca ini juga belajar, belajar untuk pulang lebih awal, berada di rumah/kosan sebelum matahari tenggelam baik, tapi jika belum bisa, buatlah jam malammu sendiri, meski tidak ada orangtua atau aturan tertulis yang menentukan hal tsb.
Dan untukmu yang lain, yang agree to disagree. Aku tidak akan memaksakan opinimu agar senada dengan opiniku. Tapi tolong maklumi mereka yang memilih prinsip tidak pulang larut malam, atau justru selalu pulang di awal sebelum malam menyapa. Bukan berarti mereka ingin gabut, atau lari dari tanggung jawab, kontribusi seseorang bisa dilakukan di siang hari, saat matahari masih terik. Atau jikapun harus malam hari, ada banyak media bisa komunikasi jarak jauh. Oke? Hehe^^
Bye... sampai jumpa lagi, in syaa Allah.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya