Bismillah.
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengibaratkan ilmu sebagai ghaits, yaitu air hujan yang mendatangkan manfaat. Dalam lanjutan hadits ini, digambarkan bahwa hujan tersebut jatuh ke berbagai jenis tanah. Di antaranya adalah tanah yang menerima ilmu, sehingga manusia dapat minum dengan puas darinya dan menumbuhkan rumput-rumputan dan tanaman yang banyak. Termasuk dalam makna perumpamaan ilmu dengan hujan itu adalah bahwa ilmu tersebut menumbuhkan (menghidupkan) badan dan hati (dengan berbagai macam ketaatan). Demikianlah ilmu syar’i, sehingga di sinilah letak persamaan kedua hal tersebut.
Alhamdulillah caption sumbernya udah otomatis hehe. Baguslah^^ jadi ga kerja dua kali, copasnya hehe. Btw, ini tulisan hashtag blogwalking ya.. jangan lupa, langsung meluncur kesana, dan tinggalkan laman ini wkwkwk. *masih keukeuh.
***
for me, the magic of rain is not the rainbow, but how Allah put the earth back to life |
Hujan, ada berapa bahasa yang kamu tahu artinya hujan? Rain, bi, apa lagi? Bahasa mandarin apa ya? Wkwkwk. Malu, belajar tiga tahun di SMA bahasa mandarin, lupa semua karena jarang dipakai hehe.
Di bahasa arab, ada banyak loh ternyata. Aku juga baru tahu.. ada jenis-jenisnya gitu, ada yang menyuburkan, ada yang untuk pembaca bencana. Baca lengkapnya di link di atas ya.. Makanya, salah satu sunnah kalau turun hujan itu, doa, Allahumma shoyyiban naa-fi-an, turunkanlah hujan yg bermanfaat, bener ga artinya? Intinya mah itu, berdoa agar hujan bukan hujan bencana.
Membaca artikel di atas, aku jadi inget al hadid, sesuatu banget, perumpamaan hujan dan bumi yang mati, perumpamaan quran dan hati yang mati. Betapapun gersang dan sekarat hatimu, bahkan jika pun sudah mati, kalau kamu berusaha lagi mendekat pada Allah, lewat Quran, membaca, mengkaji, menghafal, dll, Allah akan hidupkan lagi hatimu. Seperti Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan yang Allah kirim lewat awan-awan kelabu.
Bicara tentang awan kelabu, aku jadi inget, lupa hadits atau apa. Tapi dapetnya di kajian, kemungkinan aku denger dari mana sih. Kalau ada yg salah, mohon koreksi. Ketika langit gelap dan awan kelabu membalut langit, Rasulullah selalu berwajah cemas. Karena beliau (sholawat dan salam untuknya) juga tidak tahu, apakah awan itu membawa berkah (hujan) atau bencana. Seperti ummat-ummat Nabi terdahulu ('alaihum wassallam) yang girang melihat awan gelap, dikira hujan TT padahal bencana TT. Nau'udzubillah...
***
Maka ketika langit kelabu, dan harimu ikut kelam, feeling grey blue, mellow. Berdoalah, semoga awan hitam dan abu itu, pertanda hujan, bukan pertanda bencana.
Dan ketika awan kelabu tadi luruh menjadi bulir-bulir air yang menyejukkan, berdoalah. Semoga hujan ini adalah ghaits, dan bukan mathor. Bisa pakai bhs indonesia aja, bisa juga pake doa yang disebut di atas.
Terakhir, berdoa juga... semoga seperti hujan yang menghidupkan bumi dari matinya, hatimu yang batu, yang nyaris sekarat, juga bisa dihidupkan lagi, dengan ilmu din, dengan Quran.
Beneran terakhir, hehe, teruslah berdoa, apapun, karena hujan itu, salah satu waktu diijabah doa. Bye.. ditulis oleh seseorang yang mencintai hujan, sama seperti mencintai pelangi. Bagiku bukan pelangi yang ajaib, tapi hujan. Hujan yang ajaib. Magicofrain. Dan hujan.. bukan metafora dari badai, atau ujian hidup. Bagiku, metafor ujian hidup adalah awan kelabu, jika sudah hujan, in syaa Allah kita sudah di antiklimaks. In syaa Allah.
Happy jumuah mubarak^^
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya