Bismillah.
Hanya ingin menuliskan tentang tema yang serupa tapi tak sama. Tentang perbedaan pendapat dengan orang tua, dan cara kita menyikapinya. Baca tulisan bagian pertama.
Aku menulis ini, sedang belajar juga, ingin mengingatkan diriku juga.
Mereka (Orang Tua) Menginginkan Kebaikan Untuk Kita
Teorinya seperti itu, jelas dan terang. Namun dalam praktiknya tidak semudah itu, ada hal-hal yang tetap harus diluruskan meski keinginan mereka untuk kebaikan. Mungkin caranya, mungkin jalannya, mungkin apapun.
Ketika anak sakit misalnya, orang tua ingin anaknya ada di dekat mereka, dipantau agar mau makan obat dengan teratur. Tapi anak punya egonya juga, ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan di tempat lain, ia yakin bisa menjaga kesehatannya tanpa dipantau orangtua seperti anak kecil.
Itu salah satu contoh praktis. Dari banyak contoh perbedaan pendapat lain, yang secara terang jelas, orangtua hanya menginginkan kebaikan untuk kita. Tapi kan.... Aku menulis ini, sedang belajar juga, ingin mengingatkan diriku juga.
Mereka (Orang Tua) Menginginkan Kebaikan Untuk Kita
Teorinya seperti itu, jelas dan terang. Namun dalam praktiknya tidak semudah itu, ada hal-hal yang tetap harus diluruskan meski keinginan mereka untuk kebaikan. Mungkin caranya, mungkin jalannya, mungkin apapun.
Ketika anak sakit misalnya, orang tua ingin anaknya ada di dekat mereka, dipantau agar mau makan obat dengan teratur. Tapi anak punya egonya juga, ada pekerjaan lain yang harus dikerjakan di tempat lain, ia yakin bisa menjaga kesehatannya tanpa dipantau orangtua seperti anak kecil.
Mengkompromikan Pendapat
Setiap orangtua, dan anak memiliki karakter yang berbeda. Aku hanya ingin menulis dari sisi sang anak.
- Ada yang bisa diam dan menurut, yaudah, mengalah
- Ada yang diam, namun merasa sakit dalam hati, karena pendapatnya hancur
- Ada yang bisa mengkomunikasikan dengan baik, tanpa menyakiti hati orang tua
- Ada yang bisanya berkomunikasi, namun meninggalkan jejak luka di hati orang tua
- Ada yang tidak berkomunikasi, keras kepala, langsung melakukan yang sesuai keinginannya.
Di akhir... Bukan siapa yang pendapatnya paling benar
Akan ada waktu, dimana salah satu pihak dapat menuntut pihak yang lain. Nih, bener kan, harusnya kamu dulu nurut sama Bapak, kalau nurut, pasti jadinya nggak kaya gini. Atau misal dari anak, bapak sih.. Nggak mau dengerin pendapat Kakak, ga akan jadi begini kalau misal dulu ngikut pendapat kakak.
Tapi poinnya bukan di situ. Siapapun yang benar dan ahsan pendapatnya, bukan itu... Yang jadi poin dalam perbedaan pendapat anak dan orangtua, adalah proses pemilihan, atau peleburan keinginan tersebut. Agar win-win, atau minimal tidak ada yang merasa rugi.
Sulit memang. Dua kepala, dua generasi, perbedaan pengalaman, perbedaan ideologi, dll. Tidak mudah memang. Namun bukankah kita semua (orangtua dan anak) bersandar pada Allah, Yang Maha Membolak-balik Hati manusia? Berdoalah.. Minta petunjuk mana yang lebih baik, dan lunakkan hati baik anak dan orangtua apapun nanti pilihan yang diambil, baik dalam proses memilih, maupun proses konsekuensi pilihan tersebut.
Allahua'lam.
***
PS: Ingin menegaskan lagi, Aku juga sedang belajar, tulisan ini dibuat agar mengingatkan diriku.
- Ada yang diam, namun merasa sakit dalam hati, karena pendapatnya hancur
- Ada yang bisa mengkomunikasikan dengan baik, tanpa menyakiti hati orang tua
- Ada yang bisanya berkomunikasi, namun meninggalkan jejak luka di hati orang tua
- Ada yang tidak berkomunikasi, keras kepala, langsung melakukan yang sesuai keinginannya.
Di akhir... Bukan siapa yang pendapatnya paling benar
Akan ada waktu, dimana salah satu pihak dapat menuntut pihak yang lain. Nih, bener kan, harusnya kamu dulu nurut sama Bapak, kalau nurut, pasti jadinya nggak kaya gini. Atau misal dari anak, bapak sih.. Nggak mau dengerin pendapat Kakak, ga akan jadi begini kalau misal dulu ngikut pendapat kakak.
Tapi poinnya bukan di situ. Siapapun yang benar dan ahsan pendapatnya, bukan itu... Yang jadi poin dalam perbedaan pendapat anak dan orangtua, adalah proses pemilihan, atau peleburan keinginan tersebut. Agar win-win, atau minimal tidak ada yang merasa rugi.
Sulit memang. Dua kepala, dua generasi, perbedaan pengalaman, perbedaan ideologi, dll. Tidak mudah memang. Namun bukankah kita semua (orangtua dan anak) bersandar pada Allah, Yang Maha Membolak-balik Hati manusia? Berdoalah.. Minta petunjuk mana yang lebih baik, dan lunakkan hati baik anak dan orangtua apapun nanti pilihan yang diambil, baik dalam proses memilih, maupun proses konsekuensi pilihan tersebut.
Allahua'lam.
***
PS: Ingin menegaskan lagi, Aku juga sedang belajar, tulisan ini dibuat agar mengingatkan diriku.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya