#gakpenting
Bismillah.
seharusnya, aku tanya balik |
Selesai menulis tentang pertanyaan, "Teteh, mualaf ya?". Selesai menulis tentang hadiah kecil. Dua hal itu, tiba-tiba mengingatkanku akan sebuah pertanyaan unik lain.
Alkisah, seseorang pernah bertanya padaku, "Bel, kamu pernah lihat orangtuamu bertengkar ga?"
Saat itu aku sempat ragu menjawab. Pernah, eh ga pernah. Hm...
***
*Warning* Akan banyak selftalk di sini, tanya sendiri, jawab sendiri. Jadi jangan bingung ya. Atau ga usah baca lebih baik lagi. Ok? Bye...
Aku ga akan cerita tentang jawabannya. Jadi jangan harap aku akan cerita jawabannya. Aku cuma akan menuliskan, rasa penasaranku, mengapa ia bertanya seperti itu? Apakah ia sebenernya ingin bercerita padaku tentang sesuatu?
Jujur, menulis ini, aku agak nyesel. Kenapa aku cerewet banget sih? Kenapa banyak jawab sih? Tanpa tanya balik? Kan bisa jadi, dia tanya, karena pengen curhat sesuatu. Kok malah kamu yang banyak cerita ini itu sih? Duh. Salah nih. Padahal aku tahu, teori tidak perlu bercerita tentang diri. Tapi praktiknya, subhanAllah... sulit, Bung!
***
Temanku yang bertanya ini, selalu spesial menurutku. Dia sering bertanya padaku pertanyaan-pertanyaan unik. Lalu ketika ditanya mengapa nanya, dia menggeleng, gapapa pengen nanya aja. Seolah ia mencerna jawabanku, kemudian meramunya di otaknya, tapi gamau ngasih tahu ke aku alesannya, atau hasil pemikirannya.
Lalu aku jadi bertanya pada diri, apa bukan kamu aja yang nggak komunikatif? Dia kan sudah bertanya, apa susahnya sih nanya balik? Oh, kan aku bukan orang yang suka kepo. Bukan itu Bell.. bertanya berarti kamu peduli, kamu ingin tahu, kamu simpati. Dengan itu... ia bisa membuka diri padamu.
Tapi kalau aku jadi dia, aku mah ga suka. Aku tipe yang lebih suka curhat tanpa ditanya, bener-bener saat aku siap. Dan aku... akan bisa curhat ke orang, kalau dia juga curhat ke aku duluan. Tapi kaan... kamu bukan dia, dan dia bukan kamu. Ubah cara berpikirmu. Posisikan kamu ada di sepatunya, bukan memposisikan dia di sepatu kamu.
Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kan udah lewat tuh, dia nanya 'pernah lihat orang tuamu berantem, bell?' Masa besok kalau ketemu, tiba-tiba aku nanya itu? Kan aneh? Timingnya ga pas?
Salah. Iya, salah ku. Harusnya waktu itu ga banyak cerita tentang diri. Cuma cerita secukupnya kemudian bertanya balik, "Kalau kamu, pernah lihat orangtuamu berantem?"
***
Untukmu, yang bertanya pertanyaan-pertanyaan unik padaku. Jangan tanya aku dulu, untuk ditanya balik. Aku tuh, suka ga peka. Bukannya habis ngejawab tanya balik, malah suka memperpanjang jawaban.
Untukmu, yang bertanya pertanyaan-pertanyaan unik padaku. Maafkan aku. Aku masih harus banyak belajar, agar lebih komunikatif, agar bisa menjadi pendengar yang baik, agar bisa menahan lidahku bercerita tentang diri, termasuk menahan jemari, bercerita tentang diri.
Untukmu, besok kita ketemu lagi ya.. In syaa Allah. Jika besok, lusa, atau suatu saat kau bertanya padaku lagi, pertanyaan unik itu, semoga aku saat itu peka, untuk bertanya balik, kemudian menjadi pendengar yang baik untukmu.
Dariku, sahabatmu yang penuh banyak kekurangan.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya