#fiksi
Bismillah.
langit sore |
"Saya minder bu.." ucap seorang mahasiswi dengan suara pelan namun cukup terdengar oleh dosen yang duduk dihadapannya. Sang Ibu Dosen mengangguk, seolah bukan pertama kali ia bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa yang minder kemudian studinya jadi terbengkalai.
"Kalau Shoffa tahu, bahwa Allah itu adil, seharusnya Shoffa ga minder," ucap Ibu Dosen dengan baju batik berwarna hijau muda.
"Allah tidak melihat manusia berdasarkan kesuksesan dunia, bukan siapa yang sudah lulus siapa yang belum lulus, bukan berdasarkan pekerjaan, bukan berdasarkan harta," lanjut dosen tersebut.
Shoffa mengangguk pelan, berharap lapisan kaca di bola matanya tidak luruh.
"Allah melihat hamba-Nya berdasarkan ketakwaannya, Shoffa pasti sudah paham sekali tentang ini", kalimat bernada lembut itu menghujam hati Shoffa, menjadikan lapisan kaca air di matanya menebal.
***
Pertemuan singkat itu.. menghapus semua pikiran buruk yang pernah mampir di otaknya. Sejujurnya siang itu, Shoffa menyangka akan mendapatkan nasihat dengan nada tinggi dan menekan. Tapi yang keluar dari bibir sang dosen, hanya kata-kata indah dengan nada lembut.
Shoffa memandang ke langit berwarna biru bercampur awan oranye, bibirnya bungkam, namun hatinya riuh ramai. 'Ya Allah... maafkan hamba yang masih terbata untuk berbaik sangka pada-Mu, maafkan hamba, maafkan dosa-dosa hamba, maafkan hamba yang kurang bersyukur, maafkan.. maafkan.'
The End.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya